"Jangan berbicara seperti kau mengetahui apa yang aku alami...!"
"Aku mengerti...! Aku sangat amat mengerti tentang harga diri seorang bangsa Legenda!"
"Tetapi untuk apa aku harus melanjutkan semua itu jika semua orang yang aku sayangi telah mati di hadapanku!"
"Tanpa bisa melakukan apapun... karena diriku yang sangat lemah, aku hanya bisa melihat mereka semua mati satu per satu."
"Yang bisa aku perlihatkan hanyalah tangisan seorang orang pengecut yang mencoba untuk lari dari kenyataan itu sendiri...!"
"Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan hanyalah menampung tekad mereka semua dengan cara yang lebih cepat!"
"Walaupun aku mengerti jalan pintas itu adalah kesalahan, setidaknya dengan memanfaatkan dosa ini..."
"...aku... aku..." Minerva menjatuhkan banyak sekali air mata dari kedua matanya dimana lambang Envy mulai muncul kembali pada mata kanannya.
Kali ini di lehernya terlihat sebuah tato berlambang Envy yang berdenyut-denyut, keirian hati mulai mempengaruhi dirinya.
Seluruh ingatannya ketika mengunjungi berbagai macam Toumension memberikan banyak sekali rasa iri mengenai kebahagiaan serta mereka yang masih memiliki seseorang penting di sisinya.
"Tidak ada gunanya aku... memperlihatkan sesuatu yang harus dilakukan oleh bangsa Legenda!"
"Lebih baik aku tampung tekad itu sampai pembalasan berhasil dilakukan!!!"
"Semua orang memiliki caranya sendiri untuk memenuhi tujuan yang terhitung sangat prioritas!"
"Kedua orang tuaku... aku akan melakukan apapun demi bisa membalas kematian mereka semua!!!"
Sakti hanya bisa diam, ia dapat membaca dengan jelas bahwa Minerva terlihat begitu putus asa karena dosanya yang memang berefek begitu kuat pada orang seperti dirinya.
"Begitu ya, sekarang aku penasaran dengan Hana dan Koizumi ketika mereka juga merasa putus asa mengenai kematian atau mungkin sebuah pembalasan yang harus dilakukan."
"Aku hanya harus melakukannya sampai kau menginjak batasanmu, dengan itu kita setidaknya bisa berbicara."
"Untuk sekarang aku tak dapat menilai apapun mengenai dirimu, aku tidak ingin salah berbicara."
"Jika aku gagal maka dia setidaknya bisa menyelesaikan sisanya karena kau juga memiliki beberapa kemiripan dengan gadis yang sama-sama merasa putus asa."
"Aku tidak menyangka kau masih memiliki semua kekuatan ini..."
"Seharusnya dirimu sudah mati karena memaksakan tubuhmu itu." Ucap Minerva selagi mengusap darah yang terus mengucur melalui mulutnya.
"Kesaktian. Itulah yang membantu diriku untuk bertahan sejauh ini, aku telah mempelajari segala ilmu yang berada di luar nalar Manusia itu sendiri." Jawab Sakti.
"... ..." Minerva hanya bisa diam selagi menatap kedua tapaknya sampai ia bisa melihat lambang Envy pada kedua tapaknya itu.
Dosa dari Envy telah menyelimuti tubuh Minerva hingga mengonsumsi dirinya agar ia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan yaitu pembalasan atas kematian kedua orang tuanya.
"Singkirkan pemanasan karena kita akan langsung menginjak titik yang paling tinggi, kedua kekuatan kita akan bertambah lebih besar sampai berpotensi menginjak akhir."
Sakti memperbesar auranya untuk menaikkan sedikit persentase kekuatannya sampai menyebabkan Minerva melebarkan kedua matanya ketika melihat sesosok Manusia kesaktian sepertinya dirinya telah menahan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Boundless IV
FantasyVolume Terakhir dari Yuusuatouri [Baca chapter pertama di Mangatoon]