Setelah bertahun-tahun

482 27 38
                                    

"Jadi kau masih suka menemuinya?" kata Taehyungie dingin. Matanya lurus menatap ke depan, menembus kaca jendela mobil di depan jok kemudianya. Wajahnya juga dingin, campuran ekspresi kesal dan kecewa, ditutup oleh salju dingin dari parasnya yang tampan.

"..." Jungkookie tak menjawab.

"Aku tak tahu kalian ternyata punya tempat biasa bertemu" lanjut Taehyungie lagi dengan ketus.

"Aniy.." jawab Jungkookie lagi dengan nada agak mendesak, diakhiri dengan desahan berat, "Aku tak pernah bertemu dengannya lagi setelah pulang dari Sydney, aku tak-"

"Sejak kapan kalian punya tempat biasa bertemu itu? Apa kau bertemu dengannya juga sebelum kita berpisah?" tanya Taehyungie mulai menampakkan kemarahannya. Ia langsung menoleh pada Jungkookie dengan mata yang sudah menyipit dan alis menukik.

"Tidak" jawab Jungkookie setengah terpojok.

"Jadi kenapa dia masih bisa menghubungimu, Jungkook-ah!" Taehyungie memekik, nadanya kasar. Ini adalah kali pertama Ia berteriak pada kekasihnya selama puluhan tahun. "Kutanya padamu, apa kau bahkan masih memikirkannya?" 

Jungkok menahan napas. Rahangnya mengeras, jemarinya mengepal di atas paha. Ia menoleh sedikit, menatap Taehyung yang kini menuntut jawaban dengan mata berkilat marah, "Aku tidak menghubunginya! Bukannya kau sendiri yang membuka pesan-pesannya? Apa aku pernah membalasnya sekali saja?"

"Seharusnya kau mengerti untuk segera memblokir nomornya saja, kenapa kau tak melakukannya?"

Jungkookie berkerut marah, "Akan kublokir nomernya sekarang juga!" pekiknya langsung memblokir nomor Ian dan menunjukkannya tepat di depan Taehyungie, "sudah?"

Taehyungie mendesah, "... hhh" Ia bernafas kasar. "Seharusnya kau tak menemuinya lagi" gumamnya sambil membuang wajah. Ia masih kecewa.

"Mianhaeyo  Taetae-ah" ucap Jungkookie yang kini lirih, "Dia berjanji akan menemuiku di musim semi tahun ini, aku tidak menyangka dia tidak lupa. Taetae.. aku tak berniat menemuinya. Aku adalah pacarmu, aku tak akan melakukan hal seperti itu"

Taehyungie tak menjawab.

Taehyungie mendesah lagi, matanya agak berkaca-kaca karena cemburu.

"Apa dia.. mengatakan hal yang menyakitimu?" tanya Jungkookie lagi

Taehyungie tak langsung menjawab, "Dia bilang, dialah yang membuatmu memilih" ucap Taehyungie lagi yang menoleh langsung pada Jungkookie dengan mata berkaca-kaca, "Apa kau pernah mencintainya?"

Perkataan Taehyungie membuat Jungkookie terdiam sejenak. Ia tak mungkin berbohong pada kekasihnya. Tapi jika Ia berkata jujur, Ia hanya akan semakin menyakiti Taehyunie.

Jungkookie menelan ludah. Ia mengambil jeda panjang. "Aku..." Suaranya tercekat di tenggorokan, matanya menatap lurus ke depan, menghindari tatapan Taehyungie yang menuntut kejujuran.

 "Jawab aku, Jungkook-ah," desak Taehyungie, nafasnya berat dan tangannya mengepal di atas paha.

Beberapa saat kemudian, Jungkookie akhirnya menoleh. Matanya menatap takut, tapi bukan takut Taetae akan membentaknya, Ia takut kehilangan Taehyungie yang sangat Ia cintai sekali lagi. "Aku.. ya, aku pernah menyukainya" jawab Jungkookie akhirnya.

Jawaban itu seperti belati yang ditancapkan langsung ke hati Taehyungie. Matanya berkedip cepat, berusaha menahan air mata yang menggenang. Ia mengangguk pelan, lalu menunduk, jemarinya meremas celana di atas pahanya.

Suasana mereka kini hening. Jungkookie tidak melanjutkan perkataanya, Taehyungie juga tak mengatakan apa-apa. Dia hanya diam menahan sakit hatinya yang teramat sangat ketika dia mendengar sendiri dari Jungkookie bahwa anak itu pernah menyukai Ian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang