Pada sebuah ruangan bawah tanah di suatu gudang perusahaan yang bertempat di pojok timur laut Kota Sentral. Seorang pria memerhatikan ratusan layar yang tertempel di dinding.
Semua layar itu menayangkan hasil rekaman dari semua drone dan kamera pengintai yang ia sebar ke seluruh penjuru Sentral, demi memantau lawan dan kawannya. Pria itu adalah Endra Greymount, Wakil Presiden Nusa saat ini, yang berniat melakukan kudeta dalam waktu dekat. Mengingat rencananya akan dilakukan beberapa hari lagi, Endra kini serius memerhatikan semua tindakan musuh dan bawahannya.
Mengawasi tidak adanya kebocoran informasi akan tindakan yang bakal diperbuatnya nanti. Endra ingin semua rencananya berjalan lancar dan cepat, dengan tujuan mengurangi pikiran negatif warga Nusa terhadap dirinya yang melakukan kudeta. Endra tidak akan membiarkan sedikit pun masalah timbul dalam waktu krusial saat ini.
"Bagaimana situasinya? Aman?"
Tiba-tiba suara seorang lelaki yang bernada agak cempreng terdengar dari arah pintu masuk. Endra menoleh ke asal suara, mendapati lelaki yang belum lama ini bergabung menjadi bagian dari pasukannya.
Lelaki itu mengenakan pakaian serba putih dengan topeng putih polos yang hanya terdapat dua lubang untuk matanya saja.
"White, ada apa kemari?"
Lelaki itu, White, yang sebenarnya adalah Dimitri, berjalan dengan santai ke ruangan pengintai Endra. Dimitri memakai pakaian dan topeng iitu, untuk menutupi identitasnya. Dimitri hingga saat ini masih seorang buronan Nusa dan juga dunia, Endra tidak mau reputasinya hancur, karena telah bekerja sama dengan buronan. Oleh sebabnya, dia meminta Dimitri untuk memakai identitas palsu, yang saat ini dikenal dengan nama White. Pemimpin dari pasukan lima.
"Aku datang hanya karena bosan. Bolehkah aku meminta seorang wanita? Hasrat dalam diriku sudah lama tidak dikeluarkan," ujar Dimitri yang mengutarakannya dengan nada bergairah.
Endra mengernyit, merasa kesal dengan apa yang diutarakan oleh Dimitri."Minggu lalu sudah kuberikan kau wanita, tapi apa yang terjadi? Kau menyiksanya hingga mati! Aku tidak akan memberimu wanita lagi, sebelum kau berjanji tidak akan melakukan hal kejam terhadap mereka."
"Eeeh~ ayolah, lagi pula itu salah wanita itu malah mati. Dia terlalu lemah! Aku hanya memukulinya sebentar~"
"Sebentar? Satu malam kau bilang sebentar!"
Dimitri mengangguk sembari tertawa terkekeh.
"Sangat sebentar, Endra," Dimitri lalu mengalungkan lengannya ke leher Endra, "Kau tahu? Vanessa, waktu kunikmati, bisa bertahan hingga seminggu. Dan lihat sekarang? Dia masih baik-baik saja, kan? Masih bernyanyi di depan banyak fans, yang tidak tahu kalau tubuh idolanya itu sudah kucicipi seluruhnya. Aah~ aku ingin bertemu Vanessa lagi, tubuhnya sungguh nikmat!"Endra melepaskan relungan tangan Dimitri darinya, "Kau benar-benar gila!"
"Hehehe~ berikan saja aku satu yang kuat. Takutnya, nanti waktu kudeta terjadi, aku kurang bisa konsentrasi karena nafsuku yang belum tersalurkan."
" … " Endra melihat Dimitri dengan tatap geram.
"Oke, oke, aku tidak akan memukuli mereka lagi."
"Akan kupikirkan. Awas kalau kau melukai para wanita itu lagi!"
Dimitri tersenyum tersungging di balik topengnya. Berpikir kalau pria tua di depannya, tidak akan bisa melakukan apa-apa terhadapnya. Dimitri lalu berpaling ke ratusan layar di dinding. Dimitri tahu kalau dirinya diawasi dan disadap oleh Endra, tapi ia tidak terlalu mempermasalahkannya, karena sebelum ia berhasil ke Kota Tua, ia tidak akan mengontak Lucionation.

KAMU SEDANG MEMBACA
master buku mengantuk
ActionKetika umurnya beranjak sepuluh tahun, Bayu tiba-tiba mendapati dirinya mengidap narkolepsi. Hidupnya yang dipenuhi tawa pun berubah menjadi kelam. Rasa kantuk selalu manghantui dirinya, membuat masa kecilnya lebih sering ia habiskan di kamar untuk...