185

9 3 0
                                    

Keesokan harinya.    

Sesuai jadwal yang sudah dibuat oleh Sita. Jihan akan menemui Jaka pada jam satu siang nanti. Sebelum ia pergi, Jihan akan menyelesaikan semua pekerjaan hari ini dulu sebisanya, lalu menunda sisanya untuk esok hari. Setelah pergi nanti, Jihan tidak berniat kembali ke kantor kepemerintahan.    

Jihan telah berpikir, berdasar pada informasi yang diberikan Tazkia, bila Jihan merasa kalau pasukan kudeta terlalu kuat, maka ia akan mencoba bernegosiasi dengan Jaka, demi dapat menerima bantuan Avonturir.    

Jihan tidak berharap banyak, namu tidak salahnya mencoba.    

Siang hari tiba, Jihan beserta pasukan pengawal pribadi dan sekretarisnya, Sita, berangkat menuju Federasi. Di jalan menuju depan gedung, gerombolan Jihan tidak sengaja bertemu dengan Endra.    

Melihat Endra yang tampak keluar dalam waktu bersamaan dari dalam lift yang berbeda, membuat Jihan merasa kalau Endra berada di sini bukanlah suatu kebetulan. Jihan membuat dirinya setenang mungkin, lalu mengumbar senyum.    

"Pak Endra, mau ke mana siang-siang begini?"    

"Hahaha! Saya mau ke tempat Mansur. Dia bilang ada perkembangan terbaru di Kota Akademi. Pak Presiden juga, sepertinya anda sedang buru-buru sekali?"    

"Kota Akademi? Apa Laut Selatan menyerang lagi?"    

"Belum, tapi tanda-tandanya sudah terlihat."    

Jihan mengernyit, 'Kenapa saya tidak diberitahu soal ini?'    

"Pak Presiden," Jihan lalu mendengar Sita memanggilnya, Jihan menoleh melihat raut dan pandangan serius dari sekretarisnya itu. Dia tahu kalau Sita meminta ia untuk segera berangkat, karena janji kali ini merupakan janji dengan Ketua Federasi di Nusa, yang bisa dibilang derajatnya sama dengan dirinya yang seorang presiden negara.    

"Maaf, Pak Endra, saya sedang buru-buru. Saya mau pergi ke Federasi untuk membicarakan tentang kemungkinan perang dengan Britania. Saya harap itu tidak terjadi, kita saat ini saja masih mempunyai perang yang belum usai, menambah masalah lain hanya akan membuat negara ini menuju kehancuran."    

Endra terdiam sebentar, lalu tersenyum kecil sebelum membalas.    

"Benar sekali. Sayang kemarin Tara masih menolak tawaran kita."    

"Yaa, sangat disayangkan. Tapi, kita masih bisa mencobanya lagi nanti," Jihan berjalan kembali, melewati Endra sembari menepuk pundak wakilnya itu, "Saya tunggu laporannya tentang Laut Selatan besok."    

Jihan pun melambai dan berlalu keluar gedung. Endra kini tertinggal melihati rombongan itu menjauh. Di samping Endra, berdiri dari tadi adalah Tazkia. Ia tidak mengucapkan satu patah kata apa pun, Tazkia hanya melihati perbincangan ke duanya pemimpin tadi dari dekat.    

'Britania? Bukan. Besar kemungkinan itu hanyalah dalih Presiden Jihan. Sepertinya Presiden akan meminta bantuan Federasi … tapi itu hanya membuang-buang waktu. Federasi pasti tidak akan mau ikut campur soal ini. Kecuali Presiden sudah menyiapkan dana besar.'    

Tazkia lalu berpaling ks Endra. Ia melihat ayah tirinya masih memandangi pintu depan gedung yang kini sudah tiada ada siapa pun sana.    

"Pak Wakil Presiden."    

Endra tersadarkan dari lamunannya. Kemarin setelah mendengar kalau Jihan akan pergi ke Federasi, Endra menyuruh hackernya untuk meretas sistem kamera pengintai markas Federasi di Nusa.    

Namun, sudah seperti yang Endra kira. Sistem keamanan Federasi jauh lebih sulit diretas daripada Nusa. Hacker-nya tidak mampu meretas sistem keamanan itu tanpa ketahuan, sehingga Endra memilih menyerah daripada mengekspos dirinya.    

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang