183

11 4 0
                                    

Siang hari, di kantor pusat kepemerintahan Nusa, Sentral.    

Sebagaimana yang dilakukannya setiap hari, Tazkia akan mengirim laporan dari Endra ke Presiden Nusa. Namun, kali ini berbeda, setelah dia mendapatkan file dokumen dari Endra yang perlu diserahkan ke Presiden. Selain mencetak dokumen-dokumen dari Endra, kini Tazkia mencetak pula dokumen yang sudah ia persiapkan sebelumnya, sewaktu masih berada di dunia cermin.    

Tazkia ingin memberitahukan tentang kudeta Endra kepada Presiden Nusa. Namun, ia juga tahu kalau dirinya sedang diawasi dan disadap oleh ayah tirinya itu. Oleh sebabnya, Tazkia harus mencari cara lain memberitahukan hal ini kepada Presiden.    

Dokumen yang Tazkia cetak kali ini adalah salah satunya. Dokumen itu ia cetak bersamaan dengan dokumen Endra lainnya. Karena pengawasan Endra yang tidak tahu ada di mana, Tazkia tidak bisa memperlihatkan dirinya berkomunikasi dengan orang penting seperti Presiden.    

Tazkia masuk ke kantor Presiden. Seketika masuk, Tazkia akan bertemu dengan sekretaris pirbadi Presiden yang berada di dalam ruangan itu, sedangkan Presiden akan berada di ruangan satunya lagi yang ada di balik pintu di samping meja sekretaris.    

Tazkia menyalami sekretaris lalu menyerahkan tumpukan dokumen yang dibawanya. Tazkia berkata kalau dokumen itu merupakan laporan keuangan dari proyek negosiasi dengan Tara. Tazkia pun keluar dari ruangan kantor, ia tidak berlama-lama di sana. Karena tidak mau menimbulkan kecurigaan berlebih. Apalagi ia tahu kalau kamera pengintai pada ruangan tersebut sudah disadap oleh Endra.    

Tazkia kembali ke ruangannya untuk bekerja kembali seperti biasa. Dalam hatinya ia menunggu respon yang akan diberikan oleh Presiden Nusa atas pesan darinya.    

Di ruangan lain, Endra, memandangi salah satu layar proyeksinya. Dia melihat aktifitas yang dilakukan Tazkia tadi. Memerhatikan sekretarisnya mencetak dokumen darinya lalu menyerahkannya kepada sekretaris Presiden tanpa ada kontak mencurigakan terjadi. Melihat itu, Endra mengangguk lega. Walaupun ia percaya pada ke tiga anak tirinya, itu tidak berarti Endra akan melemahkan pengawasannya kepada mereka. Ia bahkan akan semakin memperketatnya, karena biasanya perngkhianatan terjadi dari seseorang yang paling dekat.    

"Hm, baguslah. Pada akhirnya, Tazkia tetaplah Tazkia. Dia tidak akan membelot, karena tahu berada dalam pihakku akan lebih menguntungkannya."    

Endra menyeringai, lalu mengganti tayangan layar proyeksi ke kamera pengintai lain. Sekarang terdapat empat hasil tangkapan kamera pada layar proyeksinya, satu untuk Presiden yang memperlihatkan seluruh ruangan Presiden itu, dalam tayangan Endra melihat Presiden tengah sibuk berbicara dengan Kementerian Keuangan. Endra bisa tahu setelah melihat proyeksi lelaki gendut di depan meja Presiden.    

Tayangan berikutnya berasal dari ruangan yang baru saja ditinggalkan Tazkia, Kantor Presiden bagian depan, di mana terpadat sekretaris yang sedang mengetikkan dokumen pada komputer di depannya.    

Endra melihat tayangan ketiga di mana memperlihatkan Dimitri yang sedang menikmati tubuh wanita yang baru saja ia kirim tadi pagi. Melihat tayangan itu, Endra menjadi sedikit bergairah. Pria itu lalu menekan tombol di telepon kantornya, memanggil Tazkia.    

"Iya, Pak Wakil Presiden, ada apa memanggil saya?"    

"Tazkia, akhir-akhir ini malam terasa dingin, aku ingin kau membawakan aku penghangat ruangan untuk malam nanti."    

" … dimengerti, Pak. Akan segera saya siapkan setelah sepulang kerja."    

Endra tersenyum, lalu fokusnya kini berpaling ke tayangan terakhir di proyesksi. Di sana terdapat seorang lelaki ramping yang tampan, dengan wajah cerah bersahabat. Namun, di balik wajah ramah lelaki itu, Endra tahu kalau kepribadian asli lelaki itu sangat berbanding terbalik dengan apa yang bisa dilihat dari luar.    
Lelaki itu adalah putra kedua Lamria, Tirta Greymount, yang mempunyai perusahaan besar di bidang pangan bernama Srigandum.    

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang