128

17 4 0
                                    

Dalam retakan dimensi Buitenzorg.    

Rakha kini berdiri di atas atap bangunan tertinggi di sekitar area. Bangunan itu merupakan sebuah rumah berlantai tiga, Rakha berdiri di sana bersama empat orang lain. Ke empat orang itu adalah avonturir perak Ishvara yang memiliki kemampuan mengandalikan angin dari artifak mereka.    

Rakha mengangguk pada ke empat orang itu, ia langsung menyemprotkan parfum berbau dupa ke dirinya sendiri dan sekitarnya. Empat avonturir bersamanya, dengan segera mengeluarkan angin untuk menyebarkan wangi dupa ke seluruh area yang dapat mereka jangkau.    

Hal ini dilakukan Rakha agar dapat menarik banyak arwah gentayangan ke tempat mereka. Agar dapat mengulangi situasi pertempuran antara kelompok avonturir dan gerombolan roh di tempat dia berada kini.    

Jika perkiraan Rakha benar, Rika sebagai pengawas pasti datang untuk menghentikan pertempuran. Dari tingkah Rika yang diceritakan oleh Priam, dan dari apa yang ia lihat semalaman, ia tahu kalau para arwah yang banyak bergentayangan di sini itu bukanlah kawan dari Rika.    

Oleh karena itu Rakha ingin membuat deskripsi agar dapat memancing siapa Rika, dia, memang pemilik atau pengawas tempat yang tidak akan marah melihat dua hantu asing mengobrak-ngabrik tempatnya?    

Citra yang berada di bawah, melihat ke arah Rakha dengan rasa ingin tahu, bagaimana dia bisa berpikir untuk merencanakan hal ini. Citra melihat kembali kejadian kemari, entah mengapa, namun ia merasa kalau teman lelakinya itu selalu berada di satu-dua langkah di depannya. Bahkan ketika semua avonturir beristirahat, lelaki itu malah pergi seorang diri untuk mengawasi ketinggian mereka.    

Selama di perkuliahan, Rakha sama sekali tidak terkesan di mata Citra, bahkan di mata teman-temannya yang lain. Itulah mengapa Roxanne selalu mengejeknya dengan sebutannya. Tapi—entah bagaimana, karena ia dan Rakha berada di satu guild, Citra merasa kalau lelaki itu lebih dari yang ia pikirkan dulu.    

Rakha di masa kuliah, tidak pernah memakai senapan sama sekali, sama seperti lainnya, lelaki itu berlatih fisik dan kemampuan bela diri, namun kemampuan fisik dan bela diri Rakha jauh di bawah rata-rata. Baru kali ini ia tahu kalau Rakha mahir menggunakan senapan. Bukan itu saja, kemampuan mendeteksi musuh, perencanaan, adaptasi, dan telepati yang ia lihat dua hari ini, sungguh memukau di mata Citra.    

'Dia ini tertidur? Apa maksudnya?'    

"Semuanya bersiap!" Perintah Priam setelah mencium harum dupa yang tersebar, seluruh avonturir segera bersiap bertarung, mereka mengelilingi gedung melindungi Rakha dan ke empat avonturir lain yang dijadikan umpan.    

"Apa rencana ini akan berhasil?" Tanya Pandu.    

Priam menggeleng, "Saya tidak tahu, tapi tidak salahnya mencoba."    

"Mencoba melawan puluhan musuh? Kuharap ini berhasil, kalau tidak ada kita berdua, sekumpulan kelas perak tidak akan mampu melakukan rencana ini."    

"Mungkin Rakha sudah menghitung kita berdua dalam rencananya juga," lanjut Priam.    

Tidak berselang lama, Priam dan Pandu merasakan getaran pada aura yang telah mereka sebar ke sekelilingnya.    

"Mereka datang!"    

Dari atas sana, Rakha yang sudah mendeteksi keberadaan musuh pun memberi tahu dengan lantang.    

"Sembilan belas arwah datang! Lima dari arah jam empat, empat dari jam tiga, dua dari arah jam satu, tiga dari arah jam dua, empat dari arah jam tujuh, dan satu dari arah jam sembilan! Citra! Kau punya dua musuh datang ke tempatmu, jangan gegabah!"    

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang