Aula utama markas Federasi Nusa, Sentral.
Setelah selesai memberikan artifak kembali ke pihak Ishvara. Bayu menoleh ke bawah, mengamati situasi yang kini dikendalikan oleh Jaka dan orang-orangnya. Sekitar tiga perempat tamu telah kehilangan kesadarannya akibat racun pada asap. Aarifa berkata kalau asap beracun itu tidaklah mematikan, sifatnya tidak jauh beda dengan gas tidur. Hanya saja ada kemungkinan kecil bila terhirup terlalu banyak maka akan mengakibatkan kelumpuhan.Tapi, kemungkinannya itu terjadi sangat kecil sekali, sehingga memang jika benar ada yang lumpuh, Aarifa merasa kalau orang itu sungguh tidak beruntung.
Orang-orang di sekitar, termasuk para tamu VIP masih melirik ke arah Mata Libra. Banyak pertanyaan di benak mereka melihat wanita yang kemungkinan besar merupakan pelaku pembunuhan empat penyerang di bawah sana. Karena untuk bisa melakukan itu dengan mudah, maka wanita itu setidaknya adalah kelas platinum.
Bagaimana mungkin mereka bisa percaya kalau ada sosok seperti itu di sana?
Suasana jadi terasa canggung pada kalangan VIP. Apalagi karena Bayu sama sekali mengacuhkan lirikan mereka, guildmaster muda itu tiada menanggapi maupun berbicara sepatah kata apa pun.
"Guildmaster Bayu," suara Arvi memecah suasana canggung di atas sana.
Semua mata tertuju pada perempuan cantik nan anggun di tengah panggung sana. Bayu melirik ke arah Arvi.
"Ada apa?"
Arvi tersenyum manis. Ia melirik sebentar ke arah Ketua Nightwalkers yang masih sadar walau sekarat. Lalu kembali menoleh ke Bayu.
"Orang yang berhasil memburunya maka ialah pemiliknya."
Bayu dan orang di sekitarnya mengernyit, tidak mengerti mengapa Arvi mengatakan hal yang memang sudah jelas diketahui semua orang.
"Keluarga Bellova akan membayar lima ratus juta kepada Mata Libra, jika kalian berkenan mencabut artifak dari buruan saya ini."
"!!!"
Ucapan yang keluar dari mulut Arvi sontak mengejutkan seluruh orang di aula, termasuk Bayu yang agak tertegun sebelum akhirnya tersenyum tipis. Jaka dan Gunawan pun tidak menyangka akan hal itu. Otak mereka berdua seketika berpikir cepat karena misalkan Bayu dan Mata Libra menerima tawaran itu, bukankah itu berarti tidak menarik kemungkinan kalau Mata Libra akan melakukannya juga di lain hari.
Kalau benar Mata Libra bersedia melakukannya, bukan hanya guild atau Federasi, negara pun akan ikut untung. Menemukan pemilik artifak pusaka sangatlah sulit, tapi masih lebih mudah daripada mencari artifak pusaka itu sendiri. Banyak pemilik artifak pusaka di dunia bahkan di Nusa yang menjadi buron.
Bila avonturir guild atau tentara negara menangkap mereka, bukankah jadinya mereka bisa membayar Mata Libra untuk mengambilkan artifak yang dimiliki para buron itu. Karena sebagaimana orang tahu, kalau artifak dalam diri seseorang akan menghilang setelah satu hari penuh orang itu mati. Artifak yang menghilang itu lalu akan lahir kembali di suatu tempat yang tidak diketahui.
Bayu atau yang publik kenal dengan Panji, yang mengetahui teknik [Huthamah Fire] adalah satu-satunya orang di Nusa yang dapat mengambil atau mencuri artifak lawannya sebelum artifak itu menghilang dengan sendirinya.
Oleh karenanya, Gunawan maupun Jaka berpikir bila Bayu menerima tawaran Arvi, maka tidak dipungkiri Mata Libra akan menerima tawaran yang sama ke depannya. Bukan suatu mimpi lagi, jika di Nusa nantinya akan memiliki banyak pemilik artifak pusaka, yang besar kemungkinan akan menjadi kelas platinum.

KAMU SEDANG MEMBACA
master buku mengantuk
ActionKetika umurnya beranjak sepuluh tahun, Bayu tiba-tiba mendapati dirinya mengidap narkolepsi. Hidupnya yang dipenuhi tawa pun berubah menjadi kelam. Rasa kantuk selalu manghantui dirinya, membuat masa kecilnya lebih sering ia habiskan di kamar untuk...