Malam hari, di Istana Presiden yang ditempati oleh Jihan, Sentral.
Sepanjang hari, sejak Jihan mendapatkan surat dari Tazkia, ia terus menanti respon dari perempuan itu. Namun, hingga kini Jihan masih belum mendapatkan balasan sama sekali. Detail data yang dijanjikan oleh sekretaris Endra itu sampai sekarang belum berada di tangannya.
Jihan takut kalau Tazkia mengirimkan surat tadi siang itu, ternyata merupakan salah satu siasat dari Endra. Entah siasat apa, namun Jihan tidak bisa memungkiri kalau pasti ada sesuatu di balik tindakan Tazkia.
Selain itu, kemungkinan lain adalah Tazkia telah ketahuan oleh Endra, dan sekarang perempuan itu sudah dibungkam. Bila itu benar terjadi, maka peringatan Tazkia kalau Endra akan langsung melakukan kudeta, bisa saja terjadi saat ini juga. Pihaknya yang belum siap untuk mengantisipasi pasti akan kalah.
Saking khawatirnya, Jihan yang saat ini berada di meja makan, sampai lupa untuk menyantap makanannya. Istrinya yang berada di sampingnya pun mulai cemas.
"Sayang, kamu lagi tidak nafsu makan?"
"Hm? Ah, maaf. Saya lagi banyak pikiran karena Nusa semakin sibuk saja."
Jihan tersenyum sembari tertawa kecil, agar tidak membuat istrinya cemas.
"Haa~ negara ini sibuk pasti gara-gara guild itu lagi!"
"Mata Libra, maksudmu?"
"Siapa lagi? Sampai saat ini sudah beredar rumor kalau kita akan berperang melawan Britania, gara-gara Mata Libra tidak menanggapi ultimatum mereka bulan lalu. Sayang, apa kita akan baik-baik saja?"
Jihan tersenyum, lalu memegangi tangan istrinya.
"Sudah jadi tugasku, untuk memastikan semuanya baik-baik saja."
Istrinya tersenyum, lalu kembali ke raut serius.
"Kalau begitu, maka makanlah, bagaimana kau bisa menyelesaikan tugasmu kalau tidak ada tidak ada asupan nutrisi?"" … kamu sungguh picik, sayang."
Istrinya tertawa kecil, "Tapi, sebenarnya kalau kamu tidak bernafsu dengan menu hari ini. Masih ada donat yang dikirim oleh Sita tadi sore. Saya bisa menyiapkannya untuk kamu santap di ruanganmu."
"Oh, kalau begitu saya memilih itu saja. Terima kasih, sayang."
Jihan pun beranjak dari kursinya, pergi ke ruangan kantor pribadinya di dalam rumah. Walaupun pekerjaan di kantornya selesai, itu tidak berarti seluruh pekerjaannya usai. Sebagai Presiden permasalah yang harus ia urusi berasal dari seluruh penjuru Nusa, waktu di kantor tidak cukup untuk memeriksa semua permasalahan itu. Oleh karenanya, Jihan setiap hari baru akan benar-benar selesai bekerja setiap jam dua belas atau jam satu dini hari. Setelah itu, barulah ia akan tidur sebelum bangun lagi ketika matahari mulai terbit.
Jihan, dengan hati yang kurang nyaman, tetap harus memeriksa setiap laporan dari para menterinya. Ia melihat satu persatu sebelum mencatat respon yang akan dia berikan esok hari. Tidak lama istrinya masuk, membawakan donat yang diberikan Sita, sekretarisnya. Terdapat delapan donat di atas piring.
"Woah, banyak sekali. Dua tiga saja padahal sudah cukup."
"Kamu tidak makan, jadi kuberikan semuanya saja padamu."
"Anak-anak gak dikasih?"
"Hush! Gak bagus buat gigi mereka makan manis-manis malam hari!"
"Terus buatku tidak apa-apa?"
Istri Jihan tertawa sembari menutup mulutnya dengan tangan, "Sekali-kali tidak apa-apa, kamu toh bukan anak-anak, sakit pun tidak bakal takut ke dokter gigi."

KAMU SEDANG MEMBACA
master buku mengantuk
ActionKetika umurnya beranjak sepuluh tahun, Bayu tiba-tiba mendapati dirinya mengidap narkolepsi. Hidupnya yang dipenuhi tawa pun berubah menjadi kelam. Rasa kantuk selalu manghantui dirinya, membuat masa kecilnya lebih sering ia habiskan di kamar untuk...