Malam dini hari di Kota Sentral, sekitar jam tiga pagi.
Ribuan Avonturir dan tentara Sentral tersebar di atas tembok timur kota yang terbentang kira-kira sepanjang empat puluh kilometer. Mereka semua melihat ke dalam kegelapan hutan yang tampak mencekam. Di balik kegelapan itu mereka tahu, kalau jutaan monster siap menerjang mereka. Menghancurkan segala yang ada di lajur mereka demi meruntuhkan kota.Keraguan mulai tumbuh di benak para avonturir. Perbandingan jumlah antara mereka dan gerombolan monster itu terlalu jauh. Pada pihak Sentral hanya ada sekitar dua ribu orang, yang merupakan jumlah dari seluruh avonturir dan tentara yang ada saat ini. Sedangkan monster festival itu berjumlah hampir empat juta. Empat juta!
Ini bukan lagi perang, tapi pembantaian!
Dua ribu pasukan pertahanan Sentral pun terbagi ke grup-grup kecil lagi, yang di sebar di seluruh permukaan tembok. Bahkan jarak kosong antar grup diisi oleh drone yang sebenarnya kurang dapat diandalkan. Tapi, mau bagaimana lagi, mereka memang kalah jumlah.
Federasi dan pemerintah Nusa selalu mengingatkan para avonturir dan tentara, kalau mereka bertarung bukan untuk menang, tapi untuk bertahan. Cukup diam di tempat yang sudah jadi tugas, dan pertahankan. Jangan sampai satu monster pun lolos. Pertahankan setidaknya hingga pagi. Kalau keajaiban tiba, setelah pagi mereka masih akan hidup, tapi kalau tidak dan monster masih terkontrol musuh. Maka mari mati bersama.
Semua menelan ludahnya, berpikir ulang kalau misi yang mereka ambil ternyata termasuk misi bunuh diri. Tiga jam menahan jutaan monster? Sepertinya mustahil! Mayoritas para avonturir gemetar, ingin melarikan diri, tapi kalau mereka melakukan itu, maka kehidupan mereka selanjutnya akan berjalan dengan cap malu.
BRRRRRR!
Bumi seketika berguncang. Pohon-pohon di kejauhan sana tampak bergetar dan berjatuhan seperti ada sesuatu yang menabrak secara paksa. Tangan para prajurit mulai berkeringat, tenggorokan terasa kering, ludah sudah habis mereka telan.
Tidak berselang lama, di ujung pandangan mereka, terlihat barisan beragam monster dari kecil hingga besar, berlari ke arah tembok kota dengan wajah murka. Seluruh mata para monster itu tampak tidak fokus pada apa yang ada di depannya, semua ditabrak tanpa terkecuali. Yang ada dalam pikiran mereka saat ini hanyalah membunuh manusia sebanyak mungkin di depan sana.
Para tentara dan avonturir bersiap melesatkan serangan mereka. Drone-drone, jet dan balon udara, serta para beastmaster monster terbang mulai mengudara. Jet, balon udara dan beastmaster langsung terbang ke arah monster festival, mereka semua akan melakukan serangan pertama dengan menjatuhkan bom sebelum para monster mendekat ke tembok.
Wuuuung….. DUARR!!
Satu persatu bom dijatuhkan. Membuat kawah ledakan berisi potongan-potongan tubuh monster yang hancur berantakan.
Duaaarr!!
Duarrr!
Serangan bom terus dilesatkan, sebisa mungkin mengurangi jumlah musuh yang terlalu banyak. Seorang avonturir beastmaster melihat keadaan di bawah. Setelah bom yang ia lemparkan meledak dan melukai puluhan hingga ratusan monster. Namun sedetik kemudian ia melihat mayat-mayat monster itu terinjak-injak oleh ribuan monster di belakangnya.
'Damn! Ini kayak nyemplungin batu ke dalam danau.'
Pikir avonturir yang lalu melihat ke arah belakang barisan musuh, yang sejauh mata memandang, dia tidak menemukan ekor barisan itu.
'Tiga jam—apa kita bisa melakukannya?'
Dia lalu melempar kembali bom dan meledak. Melubangi titik kecil dalam arus monster itu sebelum ditambal oleh monster lainnya. Avonturir itu agak frustasi, tapi untuk kelangsungan hidup orang-orang di balik punggungnya, ia terus melemparkan bom, sembari menyuruh burung gagak hitam besarnya melesatkan serangan suara yang memekakkan telinga.

KAMU SEDANG MEMBACA
master buku mengantuk
AcciónKetika umurnya beranjak sepuluh tahun, Bayu tiba-tiba mendapati dirinya mengidap narkolepsi. Hidupnya yang dipenuhi tawa pun berubah menjadi kelam. Rasa kantuk selalu manghantui dirinya, membuat masa kecilnya lebih sering ia habiskan di kamar untuk...