91 : Ibu dan Gilgamesh

236 48 70
                                    

Dua orang, laki-laki dan perempuan, keluar dari pusaran cahaya dan datang menghampiri Erix. Dari dua orang yang mendekat, Erix mengenali yang wanita. Rambut hitam panjang dengan pandangan yang tajam menunjukkan sosok yang bersemangat. Mata hitam Erix terbelalak akan kehadiran wanita tersebut.

"I ... Ibu ...?" gumam pemuda itu seakan tidak mempercayai apa yang ia lihat.

Wanita yang diduga ibu Erix itu, mencoba membelai wajah anaknya yang sangat dia rindukan. Namun, dengan cepat sang anak menepis tangan lembut itu dan langsung meloncat mundur. Ia segera mencabut Excalibur.

"Jangan dekati aku, dasar Monster!" Pengalamannya saat bertemu Eisheth sang succubus membuatnya sedikit bereaksi.

Wanita itu kesal dengan apa yang Erix lakukan padanya. Ia berjalan cepat dan langsung memukul pemuda itu. "Aku ibumu, dasar Anak Durhaka!"

Kepala Erix terasa berdenyut. Rasa yang sangat dirindukannya. "Ibu ... beneran Ibu ...?"

"Bukan. Aku monster!" Mata ibu Erix tampak berkilau marah.

Erix langusng memeluk ibunya itu. Air matanya tumpah seketika beserta dengan ingus yang mencair. "Ibu ... Ibu ...."

"Kau sudah sebesar ini tapi kau masih saja cengeng," ujar sang ibu lembut sambil mengusap-usap rambut anaknya.

"Pff ... guahahahaa .... Raja Para Pahlawan ini ternyata menarik juga," sahut laki-laki yang datang bersama ibu Erix tadi.

Erix melepas pelukannya dan mengusap air matanya. "Lalu, siapa laki-laki yang Ibu bawa ini."

"Ha?" Sebuah pemikiran terlihat di pikiran laki-laki itu. "Oh, kau salah paham. Aku tidak punya hubungan apa-apa dengan ibumu. Kami hanya kebetuan saja bertemu."

"Oh ya?" Mata Erix menatap tajam laki-laki asing itu.

Dia terlihat tampan, Erix akui itu. Berambut pirang dan gagah. Wajahnya murah senyum dan ramah sehingga itu terlihat seperti cahaya. Cara berpakaiannya sangat berbeda dengan ibunya yang mengenakan pakaian ibu rumah tangga abat 21. Laki-laki itu berpenampilan penduduk Eropa zaman medieval. Mengenakan tunik warna krem dan bercelana kain coklat.

"Aku akan perkenalkan beliau, Raja Arthur," sahut Leknaat, wanita berjubah merah jambu bercampur putih di dekat Erix. "Dia adalah Gilgamesh. Raja Para Pahlawan sebelum dirimu."

Erix menghampiri laki-laki itu. Ternyata tubuh Gilgamesh sedikit lebih tinggi darinya, lalu dengan wajah penuh tanya, ia menoleh ke belakang melihat ibunya.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi. Ibuku dan laki-laki bernama Gilgamesh ini seharusnya sudah mati, 'kan? Apa itu artinya aku juga sudah mati?" tanya Erix pada Leknaat. "Kalau aku belum mati, apa ini hanya ilusi?"

"Kau belum mati, kau tidak perlu khawatir. Tempat ini merupakan perbatasan antara dunia orang hidup dan dunia orang mati," jelas Leknaat.

"Lalu, kenapa ada Ibu di sini. Kalau Tuan Gilgamesh aku masih menerimanya dengan akal, tetapi Ibu 'kan dari Bumi. Apa dunia orang mati di Bumi dan Leavgard menyatu?"

"Kau anak yang cerdas, Nak," sahut Gilgamesh.

"Terima kasih, Om," jawab Erix sopan. "Baiklah, kita kesampingkan dulu ketidakmasukakalan ini. Kenapa ada Ibu dan Tuan Gilgamesh di sini?"

"Pertanyaan yang bagus, Sayang." Wanita itu menghampiri putranya dan mengusap kepalanya. "Kedatangan Ibu ke sini hanya ingin bertemu denganmu, dan Ibu ingin memberitahumu mengenai satu hal. Ibu adalah orang Leavgard."

Erix diam.

"Ibu adalah orang ...."

"Aku paham aku paham," potong Erix. "Lalu, kenapa Ibu bisa nyemplung di Bumi?"

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang