112 : Menantang Roh Superior

151 35 59
                                    

Bilah Pedang Excalibur terhunus mantap mengarah Roh Es. Erix terlihat siap menghadapi sumber bencana yang sudah merengut hangatnya musim panas tersebut.

Manusia beku yang merupakan Roh Es, tampak tersenyum tak peduli karena hampir semua ras yang datang untuk menghentikannya selalu mengucapkan kata yang sama.

Raka Nothnegel yang terkurung dalam pejara di sudut ruangan, tampak termenung di antara bulu tebal perut srigala raksasanya. Ia yang seharusnya memikul harapan dari seluruh makhluk di Leavgard, justru terpaku tak bisa berbuat apa-apa. Merasa kalah terhadap keinginan alam.

"Baiklah, Padel Pop. Saatnya kau menghentikan egomu," ujar Erix sebelum ia melesat dengan kecepatan luar biasa dan muncul di belakang Roh Es. Namun, sebuah stalakmit es tiba-tiba muncul dari lantai dan menghalau laju serangan Erix. Pedangnya seketika terpantul.

Serangan Roh Es tak sampai di sana saja. Ia juga memunculkan beberapa stalakmit lain dan akan menghujam Erix. Ia bahkan tak bergerak dari tempat dia berdiri, menunjukkan begitu percaya dirinya dia yang merasa mampu menumbangkan siapa pun lawannya.

Karena serangan beruntun itu, terpaksa Erix melesat mundur menjauhi lawan.

Roh Es memanipulai stalakmit tadi dan mengubahnya menjadi semacam singgasana berduri es. Dengan santainya ia duduk di sana menatap Erix yang tampak jengkel.

Namun, bukan berarti dia menunggu gerakan lawan. Dengan sihirnya, Roh Es menciptakan balok es besar di depannya. Kemudian balok tersebut berubah menjadi golem es. Tidak hanya satu, dia menciptakan lima golem.

Bentuk golem itu sengaja dibuat ramping dengan tanpa jemari tangan dan jemarik kaki. Mereka tampak seperti lima stalaktit yang tersusun membentuk tubuh manusia.

Kelima golem mulau meluncur. Kaki mereka yang tajam membuat langkah mereka seperti orang yang memainkan ice skating. Dengan tangan yang dilengkapi pedang es, mereka menghampiri Erix dan akan mencincangnya.

Tentu saja Erix tak diam saja saat dirinya menjadi incaran. Ia membentangkan sayap hitamnya dan melayang ke langit-langit. Dari sini, para golem tak bisa menjangkaunya. Setelah itu, ia mengalirkan energinya ke pedang membuat Exalibur terbalut energi putih. "Hanum um Ranma!" Erix melesat dengan kecepatan cahaya meninggalkan garis putih tipis di udara. Detik itu juga, semua golem terbelah.

Sialnya, saat ia merasa kemenangan sudah di depan mata, golem es lain muncul. Kali ini hanya satu, tetapi ukurannya lebih besar dari sebelumnya. Dan juga, lengannya ada empat dan kakinya juga empat. Hal itu bertujuan mempercepat langkah untuk mengimbangi kecepatan Erix.

Golem besar itu sudah mengayunkan dua lengannya yang seperti pedang. Erix menghindari yang pertama dan menepis yang kedua, setelah itu kembali tebang untuk menjauh.

Sang lawan tak membiarkan hal itu terjadi. Setelah dua serangannya berakhir gagal, ia mengayunkan keempat lengan sekaligus dan diayunkan satu persatu dengan cepat seperti sedang mencincang. Dengan keahliannya dalam bermain pedang, Erix menepis dan menghindari semua serangan tersebut. Ia meliukkan tubuh seakan menari mengikuti irama serangan.

Suara dentingan terdengar kuat padahal yang berbentur dengan bilah Excalibur adalah es, bukan logam. Namun, tingkat kekerasannya menyamai tsubirantium, logam dengan tingkat kekerasan kedua setelah leavganium.

Sebuah serangan keras dari golem es berayun ganas dari atas ke bawah. Di waktu yang sama, lengan lain mengayun dari samping. Erix segera mendepak serangan pertama membuat lengan es itu menghantam serangan kedua. Benturan keras dari kedua lengan memebuat golem es oleng. Di kesempatan itu, Erix terbang melesat dan memenggal kepala golem es.

Serangan pemuda itu tak berhenti di sana. Ia meneruskan laju terbangnya menuju Roh Es yang terlihat asik duduk menikmati pertempuran Erix dan golem ciptaannya.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang