Armada Perang Angkatan Laut Espada Kerajaan Orlanda bersatu dengan Armada Perang Angkatan Laut Cyrus Kerajaan Timber berlayar bersama dengan jumlah kapal yang sangat banyak. Menerjang lautan menuju sisi paling timur benua.
Penyerangan ke pulau iblis terbagi tiga kelompok. Sisi tengah dengan kekuatan tempur besar, sisi kiri dengan kekuatan tempur setengah dari kekuatan tengah untuk memotong arus pasukan lawan dan terkahir, sisi kanan melalui lautan yang menuju langsung ke pulau iblis.
Kapten Armada Kerajaan Orlando, Thiago Balderas, berdiri di haluan sambil menatap horizon tak berujung di hadapannya. Angin laut menerpa wajah dan membelai rambutnya begitu saja. Jaket bajak laut warna hitam yang ia kenakan, berkibar di pundak.
Hatinya sedikit gundah sekarang. Cemas, sesekali menggerogoti hati membuat pikiran buruk kadang terlintas di kepala.
Gambaran akan kenangan buruk saat berhadapan dengan Leviathan memicu rasa takut yang selama ini terus dia tahan ke sudut jiwa. Kekuatan para Pangeran Neraka saja seperti itu, bagaimana Raja Satan itu sendiri.
Meski sekarang dia salah satu dari Delapan Belas Pelindung Leavgard, shensin bintang lima, perbedaan kekuatannya belum bisa sebanding dengan sang raja kegelapan.
"Anda terlihat khawatir, Tuan Balderas."
Saat Thiago menoleh, seorang oni berdiri di belakangnya. Pemandangan yang aneh memang, dulu berperang, sekarang berteman.
"Oh, Tuan Hakurou," sahut Thiago ramah. "Aku hanya khawatir kita tidak mampu menghadapi Raja Iblis."
Hakurou mendekatinya dan duduk di pinggiran haluan dekat Thiago. "Anda tidak perlu memikirkan Raja Iblis, tuanku yang akan mengatasinya. Kita hanya perlu mengurangi pasukan musuh dan membasmi semua komandannya."
"Begitu, kah. Aku sedikit lebih tenang sekarang." Setidaknya, jika hanya bawahan raja iblis, dia mungkin bisa mengimbangi bahkan memenangkan pertempuran.
"Oy, Thiago. Apa kau takut dengan raja iblis? Jika ia, lebih baik pulang dan jadi gigolo saja." Ujaran tersebut diikuti dengan tawa mengejek.
Emosi Thiago tersulut dan mengumpat spontan. "Hija de puta! Apa kau lupa kau itu siapa, Martini la tonta."
Di sebelah kapal Thiago, ada kapal lain yang nampak mewah dengan model kapal yang lebih modern. Di depan haluan kapal tersebut, terdapat patung wanita dengan gaun terusan lembut sambil memegang tombak. Dengan bendera yang berbeda dengan bendera kapal Thiago menunjukkan kalau mereka dari Kerajaan Timber.
Seorang wanita berpakaian bajak laut lengkap dengan topi lebar dihiasi bulu burung pelangi, berdiri di atas patung tersebut sambil berteriak mengejek Thiago dan tertawa.
"Thiago stupido berceloteh," ujarnya menjawab hinaan Thiago.
Menit-menit kemudian, keduanya saling hina dengan dialek masing-masing sambil berteriak kencang membuat semua kru kapal mendengarnya. Apa lagi mereka sesekali mengungkit masa lalu yang kelam membuat masing-masing malu sendiri.
"Mereka mulai lagi," ujar ajudan Thiago. Seorang pria setengah baya dengan pakaian militer lengkap.
"Apa mereka sering seperti ini?" tanya Hakurou penasaran.
"Setiap kali mereka bertemu, selalu seperti ini. Padahala mereka dulunya teman sekelas saat sekolah kebangsawanan. Namun, setelah Signora Giordano dan Senor Thiago masuk ke angkatan laut kerajaan masing-masing, persaingan muncul diantara mereka meskipun sekarang sama-sama seorang kapten. Signora Giordano menghina dengan logat Timber dan Senor Thiago menghina dengan logat Orlando, jadilan kisah komedi romantis diantara mereka," jelas ajudan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...