Sepuluh siluet melesat cepat dalam gelapnya malam di pertendaan pasukan. Bahkan saking cepatnya, tidak ada yang menyadari akan kedatangan mereka. Gerakannya seakan menyatu dengan kegelapan itu sendiri.
Mereka masih berlari. Beberapa diantaranya bahkan meloncat di atas tenda bagai angin yang bertiup kencang. Tidak ada yang menyadari dan tidak ada yang perduli. Untungnya, mereka bukanlah musuh. Kesepuluh shinobi itu melesat masuk ke sebuah tenda dengan bambu bambu berwarna hitam di sisinya.
Di dalam tenda, seorang laki-laki tampak sedang duduk dengan kedua tangannya di atas meja. Kesepuluh shinobi tadi seketika tunduk di hadapannya, berjejer dalam lima baris rapi.
"Selamat datang kembali, jounin yang terhormat," ujar kepa desa. "Bagaimana dengan tugas yang aku berikan?"
Masing-masing dari lima baris shinobi terdepan, berdiri lalu maju dan meletakkan sebuah gulungan di atas meja. Total ada lima gulungan di sana.
"Baiklah. Kalian bisa beristirahat sekarang," ujar laki-laki tadi.
"Baik, takekage!" sahut mereka serentak, dan mereka menghilang serempak dalam pusaran angin.
Kotaro membuka dan membaca gulungan itu satu per satu. Ia membaca dengan sangat teliti dan mencerna semua laporan yang tertera. Hingga, ia mencapai kesimpilan dari semua hasil para ninja yang ia tugaskan.
Kotaro segera beranjak dan ke luar dari tenda. Dalam gelapnya malam, ia berjalan cepat menuju tenda lain tak jauh dari tendanya. Tenda tujuannya sangat mudah ditemui karena ukurannya merupakan paling mencolok diantara semua tenda di pertendaan.
Kotaro masuk ke dalam. Seperti yang di duga, Lucius berada di sana. Pemuda itu tampak serius menatap peta yang terbentang di atas meja sambil membaca sebuah dokumen yang kemungkinan sangat penting untuk dilewatkan.
"Bagaimana?" tanya Lucius.
"Seperti dugaanmu, di tanda 2, 3, dan 4 terdapat perkemahan pasukan musuh. Tada 2 merupakan perkemahan raptor dan manusia ular. Di tanda 3 terdapat perkemahan para raksasa. Dan tanda 4 merupakan sarang gigantula. Tidak ada apa-apa di tanda 1 dan 5," jelas Kotaro.
"Sepertinya giliran kami sudah tiba," ujar Shin tiba-tiba. Pemuda itu berdiri di ambang pintu tenda. "Aku melihat Tuan Kotaro tampak agak terburu-buru."
"Ya," ujar Lucius mengonfirmasi. "Persiapan pasukan dragon!"
Bibir Shin melengkung sebelah. "Kami sudah siap."
"Anda bisa menghancurkan semua musih sekarang, Tuan Shin," ujar Lucius menyemangati.
"Itu yang ingin kami lakukan," ujar raja dragon itu, lalu ia berbalik dan ke luar.
Tak jauh dari tenda besar tersebut, tepatnya di tanah lapang sisi dalam gerbang, sekitar 20 dragon siap tempur sudah berbaris rapi menunggu komando. Para dwarf memasang zirah pada semua dragon membuat dragon-dragon itu begitu gagah dan tangguh.
Shin datang menghampiri, dan tidak mau berlama-lama, ia merubah dirinya ke wujud dragonnya dalam balutan asap hitam. Beberapa dwarf menghampirinya sambil membawa logam-logam pelindung yang ringan dan dipasangkan ke tubuh raja dragon tersebut.
"Kau terlihat gagah, Tuan Shin," ujar Gavin.
"Terima kasih, Tuan Gavin. Ini pertama kalinya aku bertarung menggunakan zirah," jawab Shin.
"Zirah itu dilengkapi dengan pelindung sihir otomatis dari para penyihir, sehingga dapat menghalau serangan udara musuh secara spontan. Jadi, jangan menahan diri untuk mengamuk," kata Gavin lagi sedikit membanggakan hasil karyanya.
"Kalau begitu, sampaikan ucapan terima kasihku pada para penyihir itu." Shin telah siap, ia mulai mengepakkan sayapnya. "Kami pergi dulu."
Semua pasukan dragon ikut raja mereka lepas landas, mereka terbang bergerombolan menuju sisi luar tembok raksasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...