Keats sekarang berada di tempat kerjanya. Berupa sebuah ruangan yang terdapat banyak papan tulis yang dipenuhi dengan berbagai macam coretan rumus.
Di ruangan itu juga terdapat dua buah tabung besar yang berisi cairan kuning agak menghijau. Namun, jika diperhatikan lagi, ada sosok lain di dalam tabung tersebut.
Keats menghampiri semacam meja berpanel seperti komputer di antara dua tabung tersebut dan memencet satu tombol merah besar. Air pada tabung seakan terkuras, berkurang secara perlahan. Nampaklah dua sosok laki-laki dan perempuan telanjang yang terlihat sedang tertidur.
Dengan perasaan hati yang agak gusar dan cemas, Keats mengubah tuas dari off ke posisi on. Arus listrik seketika mengalir dan menyengat dua orang di dalam tabung itu. Keduanya terlihat sedikit kejang sesaat dan bangun seketika.
Reflek, keduanya menghempaskan gelombang energi dari tubuh mereka dan memecahkan kaca tabung. Mereka beranjak dan keluar deri sana.
"Apa misinya?" tanya si laki-laki. Postur tubuhnya tegap dengan masa otot yang kekar. Air yang membashi rambut coklatnya, mengalir ke dagu yang ditumbuhi janggut tipis. Dari perawakannya, kemungkinan dia berumur sekitar 35 tahun.
Sedangkan yang wanita, yang terlihat tidak risih sama sekali meski setiap inci tubuhnya diperlihatkan, tampak diam saja dengan sorot mata lurus ke depan. Dia terlihat seperti wanita dewasa, kisaran umur 28 tahun. Berambut pirang sebahu.
"Seorang laki-laki yang sekarang terbang ke sini," jawab Keats.
"Hanya satu orang?" tanya si wanita. Iris matanya yang sebiru laut dalam, melirik ke arah Keats sambil menunggu jawaban.
"Ya, hanya satu orang," jawab keats menegaskan jawabannya.
"Hanya satu orang, tapi kau sampai membangunkan kami." Yang laki-laki mencoba menyindir. Menunjukkan ketidak becusan sang profesor dalam menangani masalah.
"Jangan menganggapnya remeh, Barca. Kau bisa saja mati. Lawan kali ini berhasil menyudutkan Asmodeus," jelas Keats menunjukkan tingkat kekuatan musuh. "Dia seorang Lord Class."
Laki-laki beroto berdecih dan ia mulai melangkahkan kakinya. "Kekuatanku tiga kali lebih kuat dari pangeran bodoh itu. Sudahlah, misi tetaplah misi. Ayo, Agraha, kita selesaikan ini dengan cepat. Mau dia Lord atau God, tetap akan aku habisi."
Si wanita tidak menyahut sama sekali. Namun, ia ikut laki-laki itu.
Keduanya masih telanjang saat akan meninggalkan ruangan. Namun, sebuah energi kuning kehijauan membalut tubuh mereka dan berubah menjadi pakaan. Mereka sekarang mengenakan setelan sederhana. Hanya kaos hitam dan celana kain.
Mereka tidak mengikuti jalan yang sudah ada untuk keluar. Barca menghancurkan setiap tembok yang menghalanginya hanya dengan tendangan, sedangkan Agraha cuma ikut di belakangnya.
Berpuluh-puluh dinding sudah mereka terobos dan akhirnya, keduanya tiba di jalan utama untuk memasuki pabrik. Di sana, banyak sekali monster chimera generasi ke lima. Berwujud monster manusia bersisik dan berbulu. Mulut mereka moncong ke depan seperti srigala. Namun, saat mereka menganga, moncong itu merekah seperti bunga yang mekar. Banyak sekali deretan gigi di sana seperti mulut lamprey.
Saat Barca dan Agraha melangkah keluar bangunan, di mana cahaya matahari yang cerah dan hamparan salju bertumpuk, mereka melihat seorang pemuda jauh di depan pabrik. Dia sendirian, tidak ada teman atau sekutu bersamanya. Membuat Barca agak kesal karena lawannya kali ini sedikit sombong.
"Oh, kalian sudah datang," ujar seorang laki-laki yang menghampirinya. Dia adalah Nicolas Giovani. Kepala ilmuan sekaligus pemimpin produksi makhluk mutasi di pabrik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasíaSekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...