40 : Akhir Babak Pertama

642 90 36
                                    

Thanom menggepalkan kedua tangan dan memasang kuda-kuda bertarung jarak dekat, menyiapkan kemampuannya sebagai Dragon Slayer, sedangkan Salamander mulai bersiap dengan Tombak Tujuh Warnanya. Kilauan tombak itu, memancar kuat menunjukkan kalau ia tercipta dari unsur peri. Lawan yang pantas untuk unsur dragon. Itulah mengapa Salamander mengubah tangannya menjadi bebatuan lahar supaya bisa memegang senjata anti dragon tersebut.

Dragon slayer sendiri merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan jenis dragon untuk menaklukkan dragon. Jadi sekarang, pertarungan ini bukan lagi tergantung unsur elemen, tapi tergantung siapa yang kuat.

Laki-laki berzirah hitam itu melesat maju dan memukul Salamander dengan bertubi-tubi. Ia juga menendang, lalu memukul lagi dan melesat dengan tendangan berputar. Semua serangan itu, mengandung energi pembunuh dragon yang sangat berbahaya.

Salamander menepis serangan itu dengan tombaknya. Sesekali juga ia meloncat mundur untuk menghindar. Namun, lawannya itu terus mengejar dan menghujaninya dengan rentetan serangan fisik.

Terus menghindar dan terus mundur bukanlah pilihan yang bagus. Setelah menepis pukulan lawan, segera Salamander melontarkan bola api kecil dari mulutnya. Thanom menghindari serangan tersebut dengan akrobatik yang sangat gesit. Salamander mencoba terus menekan, ia ayun tombaknya mengincar titik fital lawan.

Salamander menghujam tombaknya dan menusuk secara bertubi-tubi. Kali ini Thanom tampak kewalahan, ia berusaha semaksimal mungkun menepis dan menghindari serangan. Namun, tingkat kecepatan antara keduanya tampak berbeda. Sekitar tiga tusukan berhasil melubangi tubuh Thanom.

Tidak hanya itu. Dengan cepat Salamander menghujamkan tangan laharnya dan menusuk dada lawan. Tangan Salamader pun sudah dilapisi semacam energi merah untuk mencari sesuatu di dada lawannya itu. Namun, ia tidak menemukan apa pun. Thanom segera bersalto, dan bersil menedang dagu Salamander. Raja dragon itu terpental ke belakang dan harus menahan sakit di dagunya itu.

"Kau ... tidak memiliki jiwa," ujar Salamander. Baginya, entitas yang tidak memiliki jiwa hanyalah boneka. Namun, laki-laki di depannya ini bukanlah boneka. Dari cara bertarungnya, dia adalah manusia. Hingga, akhirnya ia menyadari dibalik keanehan laki-laki ini dan ia ingat pernah bertemu dengannya. "Kau adalah salah satu mayat hidup yang dikendalikan Lampir. Sekarang masuk akal."

Sama seperti sebelumnya, Thanom tidak menjawab sama sekali. Ia justru menggerakakan tubuhnya sehingga terlihat seperti tarian jurus. Dan di akhir gerakan, ia memposisikan tangannya seperti belelai gajah. Salamander sangat penasaran akan gerakan martial art tersebut.

Thanom seketika melesat dan kakinya terangkat tinggi untuk menghantam kepala Salamander. Dengan cepat raja dragon itu mengelak ke samping. Namun, tendangan yang lain langsung melecut cepat dan mendarat di dadanya.

Belum selesai sampai di sana, Thanom kembali meluncurkan serangan. Ia meloncat tinggi dan menghantam kepala Salamander menggunakan lutut. Gaya bertarung Thanom, jelas berbeda dari sebelumnya. Mungkin ini gaya bertarung serius laki-laki itu.

Salamander mencoba membalas. Ia ayun tombaknya dengan sangat cepat, memotong udara secara horizontal. Thanom segera berjongkok. Setelah mata tombak melewati kepalanya, ia langsung meloncat dan menghantam kepala Salamander dengan sikutnya. Raja dragon itu terpundur beberapa langkah dengan kepala yang berdarah.

Thanom terus menggerakkan tubuhnya meski tidak menyerang, sehingga terlihat seperti atraksi ilmu bela diri. Namun, bagi Salamander itu adalah profokasi, ia melesat dan kembali mengayunkan tombaknya. Kali ini, Salamander menghujamnya dengan tusukan bertubi-tubi sama seperti sebelumnya. Sayangnya, serangan itu tidak lagi efektif. Sambil mengelak, kaki Thanom melayang dari belakang dan kembali menghantam kepalanya.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang