118 : Kepemimpinan

153 35 59
                                    

Suara hentakan langkah kaki terdengar di sepanjang lorong istana. Seorang wanita yang mengenakan gaun madieval berkorset warna merah marun, berjalan cepat menembus lorong tersebut. Dia tidak sendiri, ada seorang pria bertelanjang dada berkulit hitam kemerahan dengan rambut seperti api tampak terbang melayang di belakangnya. Dia adalah Ifrit, roh api superior bawahan Erix. Sekarang dia menjadi bodyguard gadis ini karena dialah satu-satunya orang terdekat Erix yang tersisa setelah Haruka dan Lucius mengalami bencana.

Keduanya sekarang berbelok memasuki ruang dengan pintu besar yang sudah terbuka. Di dalam sana, ada beberapa orang yang tampak gusar menunggu kedatangannya.

"Apa yang terjadi?" tanya wanita tersebut setelah dia mendekati kerumunan.

"Nona Prilly ...." Aegina, seorang oracle mantan bawahan Belphegor seketika melesat menghampirinya. "Penglihatanku ... aku melihat serangan ... aku melihat serangan yang sangat besar...."

"Tunggu dulu, katakan dengan jelas." Prilly tampak cemas sekarang.

"Pasukan Raja Iblis menyerang dari tiga arah mata angin. Aku melihat kehancuran. Camelot akan hancur kali ini, tidak, seluruh dunia hancur," jelas Aegina panik.

Mata Prilly seketika tercengang. Ia menatap semua orang di sana. Ada Hiel, Kurokaze Kotaro, Nimue, Gavin, Yuhka, Samsapel, Phoenix, Ilrune dan Selina. Prilly pun menghampiri Selina. "Apa yang harus kita lakukan?"

Selina hanya mendesah. "Aku tidak tahu bagaimana lagi. Erix tidak ada, Haruka tidak diketahui kabaranya, dan Lucius ...." Dia ingin menangis, tetapi segera ditepis. "Aku bingung jika ditanya seperti itu. Kau tahu sendiri aku ini bukan pemimpin."

"Hancur ... kita akan hancur ...," ujar Gavin. Dwarf itu bahkan terduduk tanda menyerah.

"Setelah pengkhianatan Merlin dan yang lain, kini musuh menyerang secara besar-besaran," gumam Yuhka. "Seakan mereka tahu waktu yang tepat."

"Bukannya mereka berkata akan menyerang setelah enam bulan dari perang sebelumnya?" sahut Selina. Malaikat yang menyebut diri mereka Lakuus dan Abraxas mengatakan hal tersebut.

"Jangan sekali-kali percaya dengan ucapan iblis. Ayam pun bisa beranak jika mereka menepati janji mereka sensiri," sahut Nimue yang terlihat sangat kesal.

"Secara fisik, dua orang yang mengatakan itu adalah Nefilim," timpal Phoenix. Dia ingin mengoreksi perbedaan Nefilim dan Iblis.

Samsapel hanya bisa diam sambil menggelutukkan gigi karena geram. Posisi mereka, posisi Camelot berada dibawah ancaman besar.

"Mereka menggunakan kesempatan ini di saat Camelot kehilangan tokoh-tokoh pemimpinnya. Sial!" Amarah jelas terlihat di wajah Nimue.

"Hiel ...," tatap Prilly pada pemuda itu mengharapkan bantuan. Namun, temannya itu hanya menggeleng.

Samsapel menekuk lutut dan mulai memanjatkan doa. "Oh, penguasa dunia Yang Maha Agung, berikan kami petunjukmu." Wanita cantik bergaun putih itu tampak khusyuk sambil memejamkan mata.

Mata Prilly menatap ke semua orang di sana untuk berharap salah satu dari mereka mau mengemban tugas sebagai pemimpin dan sayangnya, tidak ada satu pun yang mau. Mereka bereaksi sama seperti Hiel, tidak mau mengambil tanggung jawab sebesar itu. Hingga, kedua mata Prilly sampai pada Ilrune. Jendral Kerajaan Camelot dari ras Dark Elf itu mengerti akan tatap tersebut.

"Aku bodoh dalam urusan politik, aku hanya tahu ranah militer. Lagi pula, hampir lima puluh tahun aku tidak memimpin kaumku sendiri. Dan juga kau harus ingat, aku hanya pengganti Zenda di sini. Jika kau meminta bantuanku, aku akan menggunakan ilmu militer yang aku punya dan akan terkesan kasar," jelas Ilrune.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang