Erix dan kelompoknya sekarang berada di luar reruntuhan Kuil Peri Danau. Ia menatap langit seakan sudah lama tidak melihat bentangan arakan mega di sana.
Birunya angkasa menjadi objek indah di matanya sekarang. Untuk sekilas, wajah sang ibu muncul di sana. Senyuman indah yang menenangkan hatinya. Lihatlah ibu, aku akan menjadi pahlawan.
"Apa yang akan Anda lakukan sekarang, Yang Mulia?" tanya Merlin pada rajanya.
"Keliling dunia ...," jawab Erix sekenanya. "Haruka, mau ikut?"
"Tapi jangan ugal-ugalan," sahut kekasihnya itu. Ia tahu kalau Erix akan terbang, bukan dengan berkuda.
"Akan aku usahakan." Kemudian ia menatap para bawahannya. "Nimue, jika tidak ada kerjaan, lebih baik kau bersihkan erea ini. Kuil ini akan menjadi situs sejarah."
"Biak, Yang Mulia," jawab Nimue.
"Edward, aku ingin kau membuat satu gerbang lagi di dekat perbatasan timur sehingga kita bisa memanggil pasukan langsung ke sana."
"Baik, Yang Mulia," jawab Edward.
"Ifrit, untuk sementara kau harus melindungi Edward dan timnya sampai gerbang portal teleportasi selesai."
"Baik, Yang Mulia," jawab Ifrit.
"Phoenix, kau dan para Nefilim (Malaiakat Jatuh) juga bantu keamanannya lewat udara."
"Dan untuk yang lainnya tidak ada perintah kusus, kalian kerjakan saja apa yang sudah diberitahukan sebelumnya."
"Baik, Yang Mulia," jawab semuanya serentak. Loyalitas mereka terlihat begitu kental membuat Erix sungkan menerimanya. Namun, bukan berarti dia akan mengkhianati loyalitas tersebut. Dia sendiri akan berjuang keras dengan caranya sendiri untuk menunjukkan kalau dia pantas berada di posisi itu.
Erix menghampiri Haruka dan menggedongnya ala bridal style, kemudian mengeluarkan sayap hitamnya di punggung dan mulai tinggal landas, meluncur ke udara dan bergabung dengan hembusan angin sejuk.
Untuk kali ini, Dera memilih untuk tidak ikut. Dia bersama Gastrodiah memilih tinggal. Seperti yang diperintahkan Erix tadi kalu mereka harus mengerjakan apa yang sudah diperintahkan. Dan untuk kasus Dera dan Gastrodiah, kedua peri itu diwajibkan untuk belajar intelektual. Tentu saja Beatrice yang akan menjadi guru mereka.
"Dia terlihat seperti seorang raja sekarang," gumam Merlin.
"Ya, Anda benar Master. Bahkan setelah sejauh ini, aku tidak lagi melihat tingkah konyolnya. Aku sampai merindukan sifatnya yang satu itu," sahut Yuhka.
"Heh, tidak butuh waktu lama, Anda akan melihat kembali kekonyolannya, Master," sahut Beatrice sambil mulai melangkah meninggalkan kuil itu. Dera, dengan wujud gadus kucing, berjalan mengikutinya di belakang. Gastrodiah yang ukuran tubuhnya hanya 50 senti, tampak bersantai di pundak Dera.
"Yah, kau benar," timpal Nimue yang setuju dengan Beatrice.
*****
Bentangan pemandangan yang begitu indah. Tidak ada salju, hanya hamparan pepohonan yang berusaha menumbuhkan daun-daun hijau mereka. Rumput-rumput pun mulai tumbuh, menghijaukan seluruh tanah yang Erix lewati.
"Erix, kita mau ke mana?" tanya Haruka.
"Kita akan menemui Tenma dan Tomo," jawab Erix. Ia mengepakkan sayapnya menambah laju terbang.
Sekarang Erix sudah ahli dalam menggunakan sayapnya. Ia juga menggunakan energi cahaya untuk menghalau tekanan udara sehingga meski cepat, dorongan dan hempasan angin tidak akan mengganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...