04 : Terkuaknya Kebenaran

667 95 26
                                    

Seorang pemuda dengan umur bekisaran 18 tahun, berjalan santai di antara keruman pasukan gabungan. Ia tidak sendiri, ada seekor burung bertengger di bahu kirinya. Burung ini sangat mempesona, bulunya berwarna biru. Namun, ujung sayap dan ujung ekornya berwarna pelangi. Saat ini, ukuran tubuhnya sebesar seekor ayam jantan.

Selain itu, seorang wanita berambut pirang panjang – mungkin seumuran dengan pemuda tadi – berjalan di belakangnya. Seekor tupai bertengger di kepala wanita ini, tapi ini bukan jenis tupai biasa, ia merupakan tupai terbang dengan bulu kuning di perut dan hijau di punggung. Ekornya agak panjang dan berbulu lebat semakin ke ujung.

Tidak sengaja, mereka melihat seorang gadis cantik berambut hitam panjang yang mereka kenal. Gadis itu berjalan melewati gerbang tembok menuju sisi lain pertendaan, kesedihan terlihat jelas memenuhi wajahnya saat berjalan. Tanpa menunggu apa pun, kedua anak muda tadi segera menghampiri gadis tersebut.

"Haruka! Apa kabar?" panggil pemuda itu.

Awalnya Haruka sedikit bingung namun, akhirnya ia ingat dengan pasangan kekasih ini. "Mex ... Volette! Kalian datang!" Seketika, keceriaan mengganti kesedihannya.

"Iya, surat dari pelayan Erix Arthur, kalau tidak salah namanya Lucius, datang dan mengajak kami bergabung. Ia menjanjikan sebuah tanah yang nanti bisa kami gunakan untuk membangun desa bahkan kota Kaum Tranier," jelas Mex.

"Itu benar. Aku tidak menyangka jika ada orang yang mau mengundang kami untuk bergabung," tambah Volette.

"Apa Liliana dan Panda Zhui tidak ikut?" tanya Haruka lagi. Ia cukup merindukan gadis kecil yang dulu membuat permohonan pada guild untuk mencari partner beast-nya itu.

"Liliana membantu ibu untuk membangun tenda. Sejak beberapa Kaum Trainer bergabung, banyak anak-anak dari daerah lain menjadi temannya," jawab Mex. "Lalu, di mana Erix? Sejak tadi kami tidak melihatnya. Aku ingin menunjukkan Vlieg padanya."

Vlieg adalah nama burung biru memesona yang sejak tadi bertengger di pundah Max. Pemuda itu tidak sabar ingin memamerkan telur yang dulu ia dapat sudah menetas menjadi burung eksotis.

Cahaya pada wajah Haruka kembali meredup seakan jiwanya tersedot dalam kegelapan, ia kembali lesu penuh kegalauan. "Perang sudah berakhir, dan Erix ...."

Mex dan Volette saling pandang penasaran, lalu Volette mengajak temannya itu untuk duduk di gelondongan tak jauh dari mereka. Sambil menggenggam tangan gadis manis itu, ia pun bertanya, "Apa yang sudah terjadi, Haruka? Ada apa dengan Erix?"

Haruka seketika menangis. Dalam sesegukannya, ia mencoba untuk berbicara. "Di pasukan kami, hanya satu orang yang gugur. Dia ... dia ...." Ia tidak mampi melanjutkan ucapannya.

"Hanya satu orang? Jangan-jangan ... Erix sudah ...," Max tergemap.

Melihat kesedihan Haruka yang begitu dalam, cukup untuk menjawab pertanyan yang tak terucap dari Max. Erix adalah satu-satunya korban perang dari pihak Leavgard.

Volette memeluk Haruka, namun hatinya seakan belum menerima kenyataan itu. Mex hanya diam, mendengar tangisan pahit dari Haruka.

Bagi Mex dan Volette, Erix Arthur adalah sosok pertama yang menerima keberadaan Kaum Trainer dan dengan terang-terangan ingin menjadi teman mereka. Berbeda dari pandangan orang-orang di seluruh Leavgard yang memandang hina Kaum Trainer, Erix justru terkagum dengan ikatan antara manusia dan monster tersebut.

"Aku tidak tahu harus berkata seperti apa tapi, akan lebih baik jika kau jangan bersedih. Kita harus tetap maju di jalan yang sudah dia buka sekarang ini," ujar Mex.

Haruka menghetikan tangisannya, ia segera menyeka sungai air mata di pipinya. "Ya, kau benar. Kita harus tetap maju."

Tidak sengaja, Haruka melihat Hiel melesat dari gerbang tembok raksasa. Pemuda itu terlihat sangat tergesa-gesa. Arah tujuannya adalah tenda para pemimpin. Entah mengapa, rasa penasaran Haruka begitu kuat melihat mimik wajah temannya itu. Ia merasa ada sesuatu yang harus ia ketahui.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang