Zenda, seorang kesatria hebat bergelar Master Avenger, tampak gagah dengan pakaian formal kemiliteran yang ia kenakan. Berupa jas tebal warna hijau gelap dengan bintang jendral di ujung kerah bagian kiri jasnya. Pakaian itu membuatnya terlihat makin gagah lagi.
Sekarang pria itu sedang berjalan santai di sebuah desa kecil tak jauh dari kaki Pegunungan Zahwein wilayah Negara Albion. Rambut pirang yang selalu diikat gaya ekor kuda itu, berhasil disentuh angin dengan lembuat membuat penampilannya begitu memukau. Wanita mana pun yang menatapnya pasti akan langsung jatuh cinta.
Setelah melewati jalan tanah pinggir hutan yang dipenuhi lubang tak beraturan, Zenda menghentikan langkahnya di sebuah rumah kumuh. Mungkin masih layak pakai, tetapi mengingat siapa penghuninya, hal itu membuat Zenda sedikit miris.
"Apa kabar, Bayu Aswanta?" sapa Zenda pada sosok laki-laki yang sedang sibuk mencangkul ladang kecil pada halaman rumah tersebut.
Pria itu terlihat kusam, rambut panjangnya tampak urakan dan dia mengenakan pakaian compang-camping. Dengan tubuh besar dan berotot itu, dia terlihat seperti pertapa yang senang angkat berat. Selain itu, kumis dan janggutnya yang tak terurus membuatnya terlihat suram.
"Sudah lama sekali aku tidak datang ke sini. Berapa tahun ya, tiga tahun?"
"Lima tahun," timpal laki-laki berewokan tersebut.
"Aku tidak menyangka sudah selama itu."
"Ya. Waktu berjalan begitu cepat." Laki-laki itu beranjak dan meletakkan cangkulnya di semacam pondok kecil, kemudian ia berjalan menghampiri Zenda. "Lalu, apa yang sang jendral inginkan sampai jauh-jauh datang ke pinggiran seperti ini? Tunggu dulu, kau Zenda atau Zen?"
"Tidak ada lagi perbedaan Zenda dan Zen. Keduanya adalah aku. Aku adalah Zenda dan Zen."
Bayu sedikit bingung dengan penjelasan Zenda, tetapi dia mencoba untuk memahaminya. Kembali ke topik awal, Bayu kembali menanyakan maksuda kedatangan Zenda. "Lalu, tujuannya?"
"Rajamu membutuhkanmu," ujar Zenda serius.
"Jangan bercanda!" seru Bayu murka. Suasana hatinya seketika berubah. "Apa kau lupa apa yang sudah dia lakukan pada bangsa kita. Jangan bergurau denganku, Zenda!"
"Ada apa, Ayah?" Seorang gadis cilik, mungkin berusia dua tahun, keluar dari rumah kumuh tadi. Dia terlihat manis, rambut hitamnya yang diikat dan disanggul terlihat sangat indah dan menawan. Namun, pakaian lusuh yang ia kenakan menghilngkan kecantikan pada dirinya.
Terlepas dari semua itu, Zenda sedikit kebingungan dengan kehadiran anak tersebut. "Putrimu?"
Bayu hanya mengangguk sambil menghela napas, mencoba menghilangkan rasa kesal yang tadi sempat terluap.
Zenda melewati Bayu begitu saja dan langsung menghampiri gadis tersebut. "Halo gadis kecil, siapa namamu?"
Merasa seperti terancam, gadis itu terlihat ketakutan akan orang asing yang mendekat. "Paman siapa?"
"Paman ini temannya ayah kamu. Nama paman Zenda."
"Paman Zenda?" Rasa takut padanya perlahan mulai tersingkir.
"Gadis pintar." Zenda mencubit pelan pipi gempal gadis itu karena gemas. "Nama kamu?"
"Tisna Plamasti." Yang dia maksud Tisna Pramastri.
"Nama yang cantik ...."
"Sepertinya," potong Bayu. Dia terlihat tidak terlalu suka keberadaan Zenda yang terlalu lama di sana. Baginya, teman lamanya itu tak lebih seperti pengkhianat karena sudah mengabdi pada raja Albion. "Sudah waktunya kau pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...