Sebuah kota yang indah membentang di sepanjang garis horizon. Dinding pada bangunan dicat dengan warna yang sama, yaitu putih dan atap pun berwarna biru yang sama seakan memberikan pengambaran langit yang cerah. Hisis, begitulah nama kota tersebut. Merupakan ibukata Kerajaan Elsia.
Di kota inilah awal penyebaran ajaran Pagan Lignerba dengan berpusat di Gereja Agung Völuspá, yang membuat kota tersebut sedikit lebih agung dari ibukota negara lain. Merupakan basis pengrekrutan shensin baru dengan klasifikasi priest class dan priestes class.
Sebuah patung Dewa yang digambarkan gagah dengan tubuh binaragawannya dan mengenakan syal, tampak berdiri kokoh di depan gedung serba putih yang cukup megah. Ada banyak orang berjubah putih berlalu lalang di arena bangunan tersebut, tidak ada warga sipil menunjukkan kalau tempat itu bukan tempat untuk umum.
Erix yang menggendong Haruka, mendarat di depan patung tersebut. Sayap hitamnya tampak sangat mencolok mengingat semua tempat di sana dicat dengan warna putih.
"Ibli ... iblis menyerang!" seru seseorang yang sedari tadi sedang menyapu. Ia tampak ketakutan dan bergegas menjauh.
"Hey! Tung-. Dia sudah pergi." Erix tampak keheranan dan merelakan laki-laki tadi pergi.
Namun, beberapa saat kemudian, pasukan kesatria langsung datang dan mengepung Erix. Dari zirah yang dikenakan, Erix langsung tahu kalau para prajurit ini merupakan kesatria templar. Seharusnya, Jean D'Arc yang menjadi pemimpin mereka. Sayangnya, shensin bintang lima, Crusader Class itu dibuang dengan alasan penuh fitnah.
"Iblis! Berani-beraninya kau datang ke tempat ini." Suara seseorang terdengar dari arah dalam gedung. Pria itu terlihat mengenakan busana keagaam. Berupa jubah panjang berwarna putih yang dijahit dengan anyaman benang hijau.
Laki-laki itu terlihat tua, mungkin berumur kisaran 55 tahun. Berjalan agak tergesa saat menuruni tangga.
"Maaf, Tuan. Mungkin Anda salah paham. Kami bukan iblis. Tujuan kami datang untuk ...."
"Diam kau! Aku tidak ingin mendengar ucapan iblis!" Potong pria itu cepat. Wajahnya tampak menegang dengan beberapa urat mengencang di dahinya.
Haruka masih tersenyum dan menunjukkan keramahannya meski ditanggapi dengan respon sangat buruk seperti itu. Lagi pula, mau bagaimana pun, dia adalah Putri Kaisar dan mau tidak mau harus menunjukkan etika yang sopan.
"Biarkan saja, Haruka. Orang-orang sepertinya tidak akan bisa kau ajak bicara kecuali jika kau kuliti mereka hidup-hidup," jawab Erix sambil menatap sekelilingnya. Saat ini, yang mengepuk bukan hanya kesatria templar. Terlihat pula pendeta-pendeta yang menganakan jubah hitam. Cara berpakaian itu mengingatkan Erix pada Dalrant.
"Bukankah itu terlalu kejam," sahut Haruka. Namun, Erix tidak lagi merespon.
Wajah pemuda itu terlihat tenang, tetapi alis matanya agak mengkerut. Menunjukkan orang yang dia cari tidak ada. Jadi, ia maju beberapa langkah ke arah laki-laki paruh baya tadi. "Maaf jika kedatanganku memicu kehebohan. Namun, biarkan aku meminta satu hal. Bisakah aku bertemu Lucas dan Dalrnat?"
"Lucas ... Dalran ... kenapa iblis sepertimu ingin bertemu dengan mereka!?" Pertanyaan yang bernada tinggi. Sempat menyulut emosi Erix, tetapi tidak ia luapkan.
"Itu artinya Tuan Lucas dan Tuan Dalrant sudah terhasut bisikan iblis, Uskup Saferius." Seorang lagi datang. Dia mengenakan pakaian yang seperti pria paruh baya tadi. Namun, miliknya dajahit dengan benang warna emas.
"Oooh, Kardinal Prometheus. Sungguh murah hati untuk orang suci yang dapat berbicara langsung dengan Tuhan seperti Anda, datang langsung ke sini." Sepertinya, Uskup Saferius benar-benar menghormati laki-laki ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...