125 : Via Trium

151 40 90
                                    

Ketika pagi mencoba merangkak menuju siang, saat itu masih pukul sepuluh, Prilly dan Selina berjalan cepat dan bertemu di lorong menuju ruang tahta.

"Apa kau sudah mendengarnya?" tanya Selina pada Prilly.

"Ya. Serangan dari wilayah iblis. Dua pos pengawas di Pegunungan Suranium sudah mengkonfirmasi."

Keduanya berjalan cepat menembus koridor tersebut dan tiba di ruang yang dimaksud. Mereka belum menentukan ruang strategi. Jadi, mereka menggunakan ruang tahta untuk sementara.

Prilly dan Selina membuka gerbang. Di dalam ruangan itu sudah ada Hiel, Tatsumi, Gavin, Aegina dan seorang wanita renta berpakaian kimono, Aikawa Kazue, merupakan kepala Klan Aikawa dari Desa Ninja Takegakure. Kelimanya sedang mengililingi meja yang di atas meja tersebut terdapat peta wilayah Kerajaan Camelot.

Tidak hanya itu, di dinding ruangan terdapat sembilan layar tv yang menunjukkan hasil rekaman suatu hutan belantara dan beberapa boks yang merupakan komponen alat komunikasi. Tatsumi dan Gavin yang menjalankan alat komunikasi tersebut.

"Bagaimana situasinya?" tanya Prilly spontan.

"Masih siaga. Ilrune al Haluet, Kapten Asger Mathilde, Jendral Santana Deezer dan Raja Helicius von Borg masih berjaga di pos pertahanan," jawab Hiel.

"Jumlah pasukannya?" tanya Selina.

"Dengan bantuan dari Kerajaan Ziheld dan Kerajaan Lumira, total pasukan kita hanya 35.000 ...."

"Dan lawan ...?" tanya Selina lagi. Dia agak ragu mendengarnya.

"Perkiraan sekitar 50.000," jawab Hiel.

"Itu hanya perhitungan gunung es. Jumlah lawan kemungkinan tiga kali lebih banyak dari itu," sahut Aikawa Kazue. Suara rentanya tegas terdengar khas di telinga.

"Pasukan kita tidak akan mampu," timpal Aegina.

"Segera tambah pasukan. Kirim Raja Naga Bahamut ke sana!" seru Prilly. Sosok seorang pemimpin mulai lekat pada dirinya.

Gavin merespon. Dia mengambil alat komunikasi seperti gagang telpon dan langsung menyerukan instruksi. "Raja Bahamut. Bantu garis pertahanan di garis depan."

"Baiklah," jawab sosok bersuara kasar di sebrang.

"Aku juga sudah mengutus pasukan Lebah Apis Deidara." Monster ratu lebah datang melalui jendela yang terbuka. Vespiqueen melayang masuk ke ruang tahta tersebut.

"Di mana Jendral Zen-"

Belum selesai Selina berucap, pintu besar ruangan terbuka. "Aku di sini." Kesatria berzirah berat itu masuk bersama seorang laki-laki kekar dan tampan. Namun, tidak satu orang pun yang mengenalnya.

"Master Zenda, siapa dia?" tanya Prilly.

"Bintang Arthur yang terakhir. Ahli strategi perang, Bayu Aswanta." Zenda memperkenalkan temannya.

Tanpa banyak bicara, Bayu yang berpenampilan berbeda jauh dari sebelumnya itu – yang dulunya berewokan, kusam dan seperti gelandangan, sekarang persis bangsawan gagah dengan rambut yang disisir klimis – langsung maju menatap peta di meja.

Sebelum dia datang ke istana, dia sudah mempelajari apa pun yang ia butuhkan dari Zenda dan Yuhka.

"Dari sini, biarkan aku yang ambil alih, boleh?" tanya Bayu menatap semua orang.

"Jika kau tahu yang terbaik, lakukan sesukamu," jawab Prilly sambil menggigit kuku jempolnya. Itu merupakan pilihan yang bijak. Menyerahkan tugas pada orang yang sudah biasa melakukannya merupakan keputusan tepat.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang