Dua pasukan dari Dungeon Hallow tampak melesat bersamaan menuju arah timur dari kota A yang sudah mereka taklukkan. Hiel dan Kotaro yang sekarang menjadi komandan pasukan tersebut, melangkah bersama menuju target selanjutnya yang mereka sebut sebagai kota D.
Dengan kecepata tersebut, setelah mereka istirahat beberapa kali, mereka tiba di tempat tujuan hanya dengan waktu delapan jam saja. Sekarang, sebuah kota benteng terpampang di depan mata. Dibangun di atas tanah lapang yang diapit oleh hutan lebat di sisi kiri dan pegunungan di sisi kanan. Menunjukkan kalau kota itu memang dibangun sebagai benteng pertahanan untuk menghalau serangan.
"Kita serang sekarang," ujar Ilrune. Pemimpin dark elf itu tampak tidak sabar ingin segera menyerbu. Bahkan badak yang ia tunggangi terus menghebuskan napas berat tanda semangat.
"Tunggu dulu. Aku merasakan sesuatu yang aneh dengan kota itu," sahut Hiel menahan niat temannya itu. "Kota itu seperti tidak berpenghuni."
"Apa kau yakin?" tanya Kotaro agak tidak percaya.
"Aku tidak melihat kumpulan aura kehidupan," jawab Hiel lagi untuk meyakinkan Kotaro.
"Kalau begitu ... Kijin!" seru Kotaro. Seorang ninja laki-laki yang berpakaian sedikit lebih modern dibandingkan Kotaro, datang dalam balutan pusaran angin.
"Ada apa, Takekage?" tanya Kijin. Mata kirinya tertutup oleh penutup mata. Hal itu sengaja ia lakukan supaya mata kirinya itu terbiasa dalam gelap dan akan mempermudahnya jika dapat tugas malam.
"Kota itu, sepertinya sedikit berbeda dari informasi yang kau berikan," ujar Kotaro.
"Kota itu dihuni sepenuhnya oleh iblis ...."
"Apa mungkin kau sudah ketahuan," sahut Ilrune menebak.
"Aku rasa tidak," timpal Hiel. "Jika Tuan Hattori ketahuan, seharusnya informasi kalau kita akan menyerang sudah diketahui dan mereka pastinya segera membentuk siasat. Tetapi, saat menakhlukkan kota A, penghuninya terlihat seperti dikejutkan. Itu menunjukkan kalau mereka tidak tahu kalau kita akan menyerang."
"Berarti para iblis di kota D itu sudah mengetahui kalau kota A dikalahkan dan segera mengambil tindakan cepat.," sahut Kotaro yang mulai mengusap dagunya.
"Aku rasa mereka sudah menyiapkan jebakan," timpal Hiel cukup yakin.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Ilrune.
"Kalian terlihat bodoh," sahut seorang gadis kecil dengan gaun merah berenda gaya lolita yang ia kenakan. "Kita tidak akan tahu kalau tidak kita periksa, 'kan?"
Gadis itu tidak sendiri, ada seorang wanita berteling runcing seperti elf di belakangnya.
"Tetapi Master Beatrice, kita tidak mungkin memasuki kotanya sekarang," sahut Hiel yang terlihat cemas akan jebakan di kota tersebut.
"Aku akan cek." Tubuh gadis itu seketika terbalut energi merah gelap seperti warna darah dan ia langsung melesat terbang.
"Tu-tunggu ... dia sudah pergi." Hiel tidak bisa berkutik akan cepatnya Beatrice saat melesat.
"Dia tidak berubah sama sekali," ujar wanita bertelinga elf tadi.
"Apa tidak masalah membiarkan Master Beatrice pergi sendirian, Nyonya Nimue?" tanya Hiel.
"Tidak masalah. Dia termasuk pintar membaca situasi. Jika dia merasa tidak mampu, dia akan memanggil bantuan," jawab Nimue sambil menatap Beatrice yang sekarang tampak seperti titik hitam di atas kota yang jauh di timur.
"Tapi, saat penyerangan sebelumnya, dialah yang terluka paling parah. Aku sampai takut kalau dia mati," kata Hiel yang tidak sengaja teringat akan ketidakberdayaan Beatrice waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...