Di sebuah ruang yang sangat gelap dan sempit, Merlin diam mematung tanpa menggerakkan satu inci pun tubuhnya. Diam, tak bergerak dan tak bertindak.
Merlin tahu kalau sekarang dia berada di sebuah peti yang dibuat sesai ukuran tubuh. Namun, di mana peti ini diletakkan, dia tidak tahu.
Pikiran dan jiwanya seakan terpisah dari tubuh. Semua karena mantra Lampir yang sudah mengikatnya.
Namun, itu semua sudah berlalu. Sekarang, mantra yang mengikat sudah melemah sehingga dia mendapatkan kembali kuasa tubuhnya.
Beberapa minggu terakhir membuat hidupnya cukup menderita. Harus melawan teman-temannya sendiri bahkan kekasihnya dan hampir menghancurkan kota rajanya. Jika bukan karena rencana yang sudah dia susun rapi, dia tidak akan melakukan itu begitu saja.
Tiba-tiba, dia merasakan dua energi dari dua orang yang sangat dia kenal. Dengan datangnya dua energi ini, rencana Merlin siap menuju tahap selanjutnya.
Yang awalnya pura-pura terhipnotis, kini Merlin menghancurkan secara penuh mantra yang mengontrol dirinya. Dia tersenyum sebagi bentuk pembebasan.
Kemudian, Merlin mengalirkan energi mana ke seluruh tubuh untuk memperkuat fisik.
Dia harus bergerak cepat. Dengan putusnya mantra pengontrol, artinya Lampir tahu kalau dia sudah terbebas. Diledakkannya energi yang terkumpul membuat peti hancur menjadi serpisah.
Ruang kegelapan, itulah yang dia lihat saat ini dan dia sendiri sedang mengambang bagai balon. Sesuatu seperti oli kotor yang bergerak-gerak merupakan dinding ruang tersebut.
Di sana, Merlin melihat lima peti lain. Segera Ia lempar sihir serangan sederhana untuk menghancurkan peti-peti tersebut. Xander, Amel, Nagini, Prilly dan Yui langsung saja keluar, tetapi mereka masih dalam kondisi tidak sadar. Kelimanya melayang-layang seperti di luar angkasa. Dengan cepat, Merlin menciptakan sulur energi untuk manarik teman-temannya sehingga dekat dengannya dan dia langsung menggunakan mantra teleprtasi.
Dalam waktu singkat, mereka berpindah ke tanah lapang yang tampak remang karena awan hitam menutup langit.
"Kau ... bagaimana bisa ...?" Seorang nenek tua bertongkat datang mendekat.
Dengan tersenyum Merlin menjawab, "Tentu saja semua sudah aku rencanakan."
"Tidak mungkin!" seru nenek tua itu membentak.
"Ada apa Lampir, kenapa kau tampak begitu senewen." Terlihat jelas kalau Merlin merendahkan wanita tua ini.
Sebelum mendapatkan jawaban, pikiran picik Lampir memberitahukan sesuatu. "Ternyata begitu .... kau juga meramal masa depan."
"Untuk penyihir setingkat kita, meramal merupakan sedikit bagian dari hidup. Bahkan, jika penyihir di tingkat kita tidak bisa meramal, dia tidak pantas disebut penyihir kelas atas. Namun, ada satu hal yang sering disepelekan banyak penyihir dalam meramal, yaitu apa yang akan kau lakukan jika kau sudah tahu hasil dari masa depan." Jiwa seorang guru besar terlihat jelas dari cara bicara Merlin yang tampak senang menjelaskan sesuatu.
"Kau harus terus meramal dan mencari masa depan yang kau inginkan ...."
"Benar sekali," potong Merlin. "Aku sangat yakin kau sudah menggunakan sihir meramal untuk mendapatkan masa depan yang kau inginkan sekarang ini. Namun, Lampir, kau meremehkan sihir meramal. Dan, kau juga sudah meremehkan aku."
"Apa yang sudah kau lakukan?" Lampir tampak geram sekarang. Semua rencannaya yang berjalan mulus dari awal, tiba-tiba berbelok ke arah yang tidak dia inginkan.
"Tidak banyak, hanya mensimulai setiap kemungkinan yang terjadi," jawab Merlin cuek, tetapi jawabannya jujur tanpa manipulasi. "Dan aku juga cukup yakin kau juga sudah melakukan bagianmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...