Hari-hari sudah berlalu setelah pasukan Dungeon Hallow dan Kekaisaran Sakura berhasil memukul mundur pasukan kegelapan. Namun, kabar mengenai Kerajaan Elisia dan Kerajaan Illinixhina masih belum ada perkembangan. Hal itu membuat Erix sedikit tidak sabar. Dua temannya masih terperangkap di negara yang sekarang merupakan boneka Beelzebub.
Meski sekarang sudah hampir memasuki akhir musim dingin. Namun, suhu masih tetap dingin. Pagi-pagi sekali, di saat matahari masih belum menunjukkan eksistensinya, Erix berjalan dihamparan salju dekat bibir kawah yang sekarang menjadi danau beku. Jaket tebal yang ia kenakan masih belum cukup tebal untuk menghangatkan tubuhnya. Namun, dengan kondisi mereka yang baru membangun, ia tidak bisa meminta lebih.
Uap panas terus keluar dari mulut dan hidungnya saat bernapas, dan sesekali ia hembuskan ke tangannya.
Di altar gerbang – pahatan batu yang dibuat oleh para dwarf atas permintaan Edward – berdiri seorang laki-laki yang sepertinya menunggu sesuatu. Erix berjalan dan menghampiri sosok tersebut. Setelah dekat, baru ia tahu siapa orang itu.
"Alatar," sapa Erix. "Kau sedang apa?"
"Oh, Tuan Erix. Selamat pagi. Aku sedang menunggu telepati dari Edward," ujar Alatar yang sepertinya menahan kedinginan.
Edward sekarang ada di Negara Alexis. Erix tidak tahu apa yang sedang dikerjakan keturunan Kesatria Loncelot itu.
Link telepati meresap masuk ke kepala Alatar, suara wanita terdengar dalam otaknya. "Alatar, kau dengar? Ini aku, Minerva."
"Nona Minerva? Ya, aku di sini," sahut Alatar.
"Edward mengatakan untuk mengaktifkan rune di batu bagian luar!" sahut Minerva lagi.
Alatar meninggalkan altar gerbang dan menghampiri salah satu dari lima batu yang melingkari gerbang batu tersebut. Dengan mengalirkan mana dari tangannya, rune mulai bercahaya. Energi itu bergerak dan mengalir ke tanah menghampiri empat batu yang lain. Terciptalah simbol pentagram dalam cahaya biru.
Di tengah gerbang tiba-tiba muncul pusaran energi yang kuat. Dan setelahnya, Edward keluar dari sana. "Berhasil!" serunya tiba-tiba.
Erix dan Alatar terperangah tidak percaya. Edward yang seharusnya ada di Negara Alexis – sebuah pulau berjarak ratusan kilometer dari Gerbang Nara – sekarang berada di depan mereka.
Tidak hanya Edward, dua orang laki-laki dan wanita muncul setelahnya. Mereka terlihat seperti kesatria yang sedang liburan. Terlihat jelas dari sebagian perlengkapan zirah yang masih menempel di tubuh mereka. Dan juga, sebuah pedang tampak bergelantung di pinggang mereka masing-masing.
"Gerbang teleportasi, berhasil!" Edward terlihat sangat kegirangan. Ia benar-benar puas dengan hasil kerja kerasnya. "Aku berhasil!"
"Aku tidak menyangka akan melihat gerbang teleportiasi bukan sekedar ilustrasi," ujar si kesatri laki-laki yang tadi ikut Edward.
"Kau benar, Isack. Ini luar biasa," sahut yang wanita.
"Wah, sepertinya berjalan dengan sukses, Tuan Edward." Suara seorang laki-laki muncul dari belakang Erix yang masih terperangah.
"Oh, Tuan Hiel!" Edward langsung menghampiri laki-laki itu. "Semua juga berkat bantuan Anda. Terima kasih."
Hiel hanya tersenyum. "Aku juga senang melihat keberhasilnnya."
"Keren ...." Akhirnya Erix bicara juga setelah lama tercengang. "Ini keren!"
"Tuan Erix ...." Edward tampak senang mendengar pujian rajanya.
"Ini benar-benar keren. Terasa seperti fantasi, tapi yang ini paling keren! Kau benar-benar hebat, Edward!" Erix benar-benar terpukau.
"Semua ini bukan hanya karena dariku, juga dari teman-teman lain yang sudah membantuku," jawab Edward.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasiSekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...