Intervision 4th

241 51 94
                                    

Nasi Goreng Party

Rodin dan semua anggota party-nya; Ante, Maia, Hendro, Peter dan Takiya terlihat sedang bersantai di sebuah restoran sederhana.

Seorang wanita drak yang merupakan pelayan restoran datang menghampiri mereka sambil membawa sebakul besar nasi goreng. Pelayan itu meletakkan pesanan party tersebut ke atas meja, kemudian pergi.

Rodin, Takiya dan Peter langsung menyambar tumpukan nasi yang masih hangat itu dengan sendok mereka. Namun, dengan kecepatan kilat, Maia menepis ketiga sendok dengan sihir pelindungnya.

"Maia, apa yang kau lakukan?" tanya Rodin cepat.

"Benar. Cepat hilangkan mantra pelindungmu!" seru Takiya yang terlihat seperti zombi kelaparan.

"Harusnya aku yang bertanya, apa yang kalian lakukan?" Mata Maia menatap ketiga laki-laki itu bagai elang yang siap memangsa. Sorot matanya tajam menusuk. "Kalian ingin mengambil jatah yang lain juga?"

"Ya ...." Shensin keling yang merupakan leader party tersebut memalingkan wajahnya.

"Kita bagi rata." Maia langsung mengambil bakul nasi goreng tersebut dan mulai membaginya rata ke piring-piring kosong yang sudah tersedia di atas meja.

"Kenapa hidup kita selalu seperti ini ...." Ante tampak mengeluh. Ia ingin sekali menangis sekarang. Bagi mereka yang berprofesi sebagai shensin, akan sulit menjalani hidup tanpa berburu monster di dungeon. Dan di ibukota Kerajaan Camelot ini, yang secara geografis terletak tak jauh dari perbatasan wilayah kegelapan, tidak ada dungeon sama sekali.

Hendro mulai melahap jatahnya dengan sedikit demi sedikit. Inilah caranya untuk lebih menikmati nasi goreng terakhirnya.

"Bukankah sekarang Camelot sedang mempersiapkan untuk berperang. Akan terjadi perang besar nanti," sahut Peter.

"Tapi kapan? Kita tidak akan bertahan dengan keuangan kita sekarang ini," sahut Takiya. "Yah, bisa saja jika kita menjual tongkat sihir Ante."

"Apa! Enak saja!" seru penyihir wanita berambut kecoklatan itu. "Kenapa kau tidak menjual katanamu saja."

"Ini peninggalan leluhurku!" sahut Takiya cepat.

"Sudah sudah. Kita hanya lapar, cepat makan," sahut Rodin melerai.

"Tapi ini terlalu sedikit," timpal Takiya yang memang pecinta nasi goreng.

"Sepertinya kalian belum mendengarnya." Suara agak berat terdengar mendekat.

Keenam anggota Nasi Goreng Paty itu langsung menoleh. Di sana mereka melihat werebeast werelion berjalan menghampiri mereka.

"Oh, Tuan Asger," sahut Rodin. "Apa maksudmu mengenai kabar tadi?"

Asger menyilangkan tangan besarnya di depan dada. "Ada kabar kalau ditemukan dungeon di Pegunungan Jakarta bagian barat. Para zombi yang menemukannya di lereng."

"Dungeon ...? Arah barat ...?" Rodin mengusap dagunya sambil memikirkan geografi pegunungan tersebut. Jika bagian barat, berarti terletak di dekat Kota Bullburg yang dekat dengan Benteng Besar Nara. Tempat yang cukup strategis baginya.

Hendro yang selesai menyentap suapan terakirnya langsung beranjak. "Ayo kita ke sana."

"Aku dengar Erix memerintahkan Jendral Zenda untuk memeriksanya. Kalia bisa pergi dengan rombongan itu," ujar Asger lagi memberikan informasi.

Dia cukup simpati melihat anggota Nasi Goreng Party yang masih konsisten menjadi seorang shensin. Berbeda dengannya yang memilih bergabung dengan pasukan Camelot. Dan beruntungnya, posisinya sekarang adalah kapten pasukan. Haldur temannya pun begitu, dia diposisi yang sama.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang