Seorang wanita yang memiliki sepasang sayap hitam kecil di pinggangnya dan berpenampilan seperti pemburu, terlihat merayap dari satu semak ke semak lain untuk menghampiri Selina yang sibuk merawat sekelomok penyihir.
Ia mengeluarkan dua bilah pisau saat dekat dengan sasarannya dan seketika melesat akan menebas wanita itu. Namun, wanita lain yang berpenampilan kesatria muncul dari arah samping dan berniat menyerangnya. Malaikat jatuh itu langsung menghentikan aksinya dan segera loncat menjauh.
"Tidak kusangka dia lincah juga," kata wanita kesatria tersebut. Ia menancapkan pedangnya ke tanah, lalu ia melipat tangannya didepan dada. Rambut merah panjangnya tampak berkibar tertiup angin, seakan menekankan kalau dia wanita yang arogan.
"Sepertinya dia bukan sekedar pembunuh biasa," sahut Selina. Wanita yang menjadi incaran itu beranjak meninggalkan penyihir yang selesai ia rawat dan berjalan menghampiri wanita kesatria.
Wajah wanita malaikat jatuh tampak kecewa tanda rencananya gagal. "Ternyata jebakan," ujarnya.
"Kau menyelinap dan berniat membasmi kami yang kau anggap seperti sasaran empuk, apa kau bodoh?" ujar Selina. Dari body bag-nya, ia mengeluarkan pedang tanpa sarung dan langsung dihunus menghadap lawan. Kilauan energi hijau dari giok pada gagang pedang tampak berkilau, menunjukkan kalau keberadaannya cukup berbahaya bagi musuh.
"Baiklah, aku terkecoh." Entah takdir atau apa dia berhadapan dengan dua wanita berambut pirang kemerahan, membuat keduanya seakan kembar. Malaikat jatuh itu tersenyum menghilangkan ketegangan di wajahnya. "Kalau boleh tahu, siapa nama kalian?"
"Linda Austin Percival. Wakil Komandan Batalion pasukan Negara Alexis," seru Linda tegas memperkenalkan dirinya.
"Selina. Hanya Selina," ujar Selina tidak terlalu perduli.
"Aku akan ingat nama kalian sebagai daftar orang-orang yang sudah aku lawan," sahut malaikat jatuh itu dengan senyum meremehkan. "Ah, ya, maaf, aku lupa. Perkenalkan, namaku Leraje. Salah satu Bangsawan Pilar Solomon, tetapi hanya itu yang perlu kalian ingat karena kalian akan mati saat ini juga!"
Leraje melesat dengan cepat dan mengayunkan pisau miliknya. Bilah sejata tajam itu meluncur lurus akan mememotong tubuh Linda. Sayangnya, dengan cepat wanita itu mengambil pedangnya yang menancap di tanah dan langsung meloncat mundur.
Namun, dalam sepersekian detik, Linda merasa ada yang aneh dengan serangan lawannya itu. Insting seorang petarung yang sudah lama diasah mengatakan kalau serangan itu tidak berhenti di sana, seakan ada serangan lain yang masih meluncur siap menghantamnya. Dengan cepat wanita itu menarik kepalanya ke belakang dalam posisi kayang. Sedetik kemudian, pohon di belakangnya terpotong. Batang yang diameternya sekitar dua meter itu roboh seketika.
"Ternyata begitu ...," ujar Linda yang menemukan taktik serangan lawan.
Selina tidak sebodoh itu untuk tidak mengerti apa yang ia lihat. Namun, mencari kebenaran dalam bertanya bukanlah pilihan yang buruk. "Senjatamu boleh juga. Aku jadi tertarik."
Leraje melempar pisaunya seakan diberikan pada Selina dengan cuma-cuma. "Ambil saja jika kau mau."
Pisau itu berputar di udara dan menancap di tanah tak jauh dari Selina. Dengan reaksi itu, kekasih Lucius itu tahu kalau serangan tadi merupakan kemampuan Leraje, bukan dari senjatanya.
Selina segera melesat mengambil pisau yang dilempar tadi dan langsung digunakannya untuk menebas pemiliknya.
Leraje segera mengayunkan pisaunya meski jarak Selina masih jauh. Kekasih Lucius itu segera meliuk seakan melewati sesuatu. Hal itu ia lakukan untuk menghindari serangan tak terlihat dari lawannya, kemudian meneruskan langkah dan melanjutkan serangnnya. Pisaunya berayun lurus ke leher Leraje.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasíaSekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...