Erix masih menggenggam erat Miroku di tangannya. Sedangkan dua pedangnya yang lain, Pedang Aculon dan Pedang Excalibur, melayang di sekitar dengan ujung menghadap lawan. Dari ketiga pedang ini memancar energi yang masing-masing dari mereka nampak begitu mengintimidasi.
Sang pengguna pedang sendiri tak kalah gagahnya. Terbalut zirah logam paling keras karena tercipta dari energi dua raja dragon terhebat dunia. Perpaduan warna merah dan biru memberi kesan akan dua kekuatan besar yang bergabung menjadi satu.
Tidak hanya itu. Dua energi dragon tersebut dikombinasikan dengan energi peri sehingga lebih stabil dan tanpa dampak buruk apa pun untuk pengguna.
Sedangkan Satan, dia mengubah wujudnya menjadi sosok iblis sejati. Pengambaran penguasa neraka tergambar jelas dalam setiap lekuk tubuhnya. Tanduk yang menghunus gagah dan tiga pasang sayap berselaput mengepak di punggung. Kulit tubuh sepenuhnya warna merah, nampak seperi api yang membara.
"Kau besar kepala, Arthur! Aku memberimu waktu dan kau ...."
"Blaa ... blaa ... blaa ...!" potong Erix spontan. Dia cukup benci bahkan hanya untuk mendengar suara Satan yang terdengar lantang dan tegas. "Kau terlalu banyak bicara."
Satan hanya mendengus. Namun, sedetik kemudian, dia melejit dengan kecepatan tak masuk akal dan langsung menebas Erix dengan pedang hitam miliknya.
Wujud pedang itu sendiri ikut berubah saat Satan berubah. Sebelumnya nampak seperti pedang biasa hanya warnanya yang begitu hutam seperti tinta yang dibekukan, tetapi sekarang penampilannya nampak sangar dan kejam. Masih berwujud pedang hitam dua mata, tetapi terdapat semacam urat yang bekedut di bilah. Seakan ingin menunjukkan kalau pedang itu hidup.
Saat Satan mengayun pedang tersebut, energi hitam tertinggal di udara pada bekas ayunan pedangnya. Butuh waktu sekitar satu menit baru aura itu menghilang.
Erix berpikir dan bertanya-tanya, bagaimana pahlawan pertama menghadapi pedang semerikan itu hanya dengan Pedang Aculon. Saat ini saja, dia menggunakan Miroku Muramasa yang sejatinya adalah senjata tingkat mitos, bergetar saat berbentur dengan pedang Satan.
Di sisi lain, saat dia serius bertarung, punggung tangan kanannya terasa gatal dan sesekali berkedut. Namun, karena saat melawan Satan butuh konsentrasi tinggi, dia pun mengabaikan apa pun di tangannya tersebut.
Pertempuran Erix dan Satan berlangsung sengit dan luar biasa mematikan. Hentakan energi yang muncul dari benturan keduanya, membuat beberapa bangunan yang sudah runtuh, makin hancur dan rata dengan tanah.
Erix tidak peduli lagi dengan material kotanya. Baginya, itu hanya pengorbanan kecil. Untuk sekarang, dia hanya fokus bertarung dan mencari cara membunuh Satan dengan cepat.
Ayunan pedang Satan begitu beringas mengincar lawan. Tidak hanya itu, dia juga harus menghadapi dua pedang lain yang melayang dan berayun dengan sendirinya. Apa lagi, dua pedang tersebut merupakan pedang legenda.
"Dengan kekuatan sehebat ini, seharusnya kau bisa berdiri di puncak dunia," ujar Satan di sela pertarungan.
"Tidak ada yang menarik di puncak dunia!" Erix menciptakan tombak dari energi cahaya dan langsung dia lempar. Tombak tersebut behasil dihindari.
"Sunguh bodoh ...."
"Cerewet!" bentak Erix memotong omongan Satan. "Jangan banyak bicara. Aku tidak suka drama dialog saat bertarung. Gerakkan saja tanganmu!"
"Heh, kau orang yang membosankan." Satan menebas dengan pedang yang sudah terbalut energi kegelapan. "Tan To-bun."
Pedang Satan yang siap berbentur dengan katana Erix, menembus katana tersebut dan siap menekam lawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...