15 : Terus Maju

536 80 15
                                    

Matahari bersinar cukup terik siang itu, namun hawa dingin terkadang terasa saat berhembus. Para petani yang tergabung dalam beberapa ras mulai terlihat kelelahan saat mengolah lahan baru di depan tembok raksasa. Beberapa war gorilla juga terlihat sibuk membuat benteng kecil dari susunan gelondongan kayu.

Sudah dua hari ini Lucius memimpin sebagian pasukan Camelot untuk membuat perkebunan kecil demi menambah stok makanan. Saat ini sudah memasuki musim gugur, jadi mereka mencoba menanam tanaman cepat tumbuh seperti bayam, selada dan ubi jalar.

Lucius pun tidak terlalu takut jika ada serangan dari pasukan raja iblis, karena Raja Dragon Shin sudah membumi hanguskan setiap pos musuh yang dekat dengan pertanian kecil mereka.

"Baiklah, kita istirahat dulu untuk makan siang," seru Lucius memberi instruksi.

Semua orang di sana mempercepat pekerjaan mereka dan meninggalkan lahan sementara, menuju tenda darurat dekat tembok yang menyediakan masakan sederhana.

"Tuan, kami selesai membangun pagar di sisi utara," ujar N'Jou, leader war gorilla, setiba mereka di tenda.

"Baguslah, tinggal kita melanjutkan ke tahap selanjutnya," sahut Lucius. Tidak sengaja, mereka bertemu pemimpin dwarf di sana. "Tuan Gavin, kebetulan sekali."

"Ada apa, Tuan?" tanya Gavin sambil menghabiskan segelas besar bir. Ia tidak sendiri, ada tiga dwarf bersamanya yang juga ikut minum minuman keras itu.

"Lihat Tuan!" seru Herpia kesal. "Matahari bersinar terang seperti ini, mereka sempat-sempatnya mabuk!"

"Kami tidak mabuk!" sahut salah satu dwarf.

"Anginnya dingin hari ini," timpal yang lain.

"Benar! Ini minuman ringan," tambah Gavin.

"Ringan apanya!?" sergah Herpia protes. "Aku yakin, jika aku meminumnya dalam satu tegukan, aku langsung mabuk."

"Kami tidak akan mabuk hanya minum bir ini, hahahahaaa." Tawa Gavin dan bawahannya pecah seketika.

Tidak mau menimpali lagi omongan pemimpin dwarf tersebut, ratu harpy itu pun pergi dengan bibir cemberut. Sedangkan Lucius dan N'Jou, mereka hanya diam tak berucap.

"Gavin, pagar sebelah utara sudah selesai. Kau bisa menanam ranjau di sana," kata Lucius sambil duduk di kursi kosong sebelah Gavin.

"Baik, Tuan." Gavin meloncat turun dari kursi yang ia duduki. "Ayo teman-teman, sekarang kita yang bekerja."

"Baik!" seru ketiga dwarf serentak dan mereka ikut bersama pemimpin mereka tersebut.

Lucius masih tetap duduk menikmati waktu istirahatnya. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah menyiapkan apa pun untuk kembalinya tuannya kelak. Meski masih tidak jelas, namun ia percaya tuannya akan kembali pedanya.

"Ini, makan siangnya," ujar Selina sambil memberikan sepiring kentang rebus yang dihancurkan dan dilengkapi dengan dua potong roti di atas meja, serta semangkuk sup yang dipenuhi dengan potongan sayuran. Dengan segelas air putih, Lucius dapat mengenyangkan perutnya siang itu.

Masakan seperti ini jelas tidak pernah lagi ada di dunia asalnya. Namun, ia tidak bisa menuntut apa pun dengan kondisi kelompoknya yang sedang kesusahan. Jika Erix ada di sini, pastinya pemuda itu pun tidak menuntut lebih akan jatah makanan yang ia dapat.

"Bagaimana pekerjaannya?" tanya Selina.

"Kami sudah menyemai banyak bibit. Sekarang tinggal merawatnya supaya tumbuh dengan subur. Dengan penyihir yang dapat menggunakan mantra elemen air, kita bisa menyuplai banyak air. Pagar kayu pun sudah selesai sempurna, tinggal membangun menara pengintai di beberapa titik dan mengubur ranjau, pekerjaan ini akan segera selesai," jelas Lucius cukup panjang.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang