170 : Kemenangan

92 28 34
                                    

Haruka duduk di tombak cahayanya dan melesat cepat. Tujuannya adalah Kota Crownwald, ibukota Kerajaan Camelot.

Hatinya dipenuhi dengan kedongkolan sekarang. Dikarenakan Erix yang sudah mengusirnya secara kasar dari medan pertempuran. Dia tahu kalau kehadirannya mungkin akan membebankan kekasihnya itu, tetapi dia tidak suka dengan apa yang Erix lakukan padanya. Dilempar dengan papan pelontar, sungguh perlakukan yang buruk.

Namun, meski begitu, kekhawatiran tetap hinggap di hati. Lawan Erix adalah raja iblis, sumber malapetaka dengan kekuatan di luar nalar. Dia berharap dapat membantu Erix dalam menghadapi lawan terkuat tersebut.

Kini dia telah memasuki gerbang kota dan terus melesatkan tombaknya.

Sepi. Kota itu nampak seperti kota mati yang tak ada satu pun penghuni terlihat.

Tiga puting beliung yang mengelilingik kota sebelumnya kini sudah hilang. Awan hitam yang menutup langit pun sirna entah ke mana. Hanya menampakan lapisan atmosfir agak gelap di langit yang menunjukkan kuasa kegelapan sampai ke daerah sini.

Suara pertempuran tidak terdengar sama sekali membuat Haruka menjadi lebih khawatir. Jika pertempuran telah usai, dia penasaran siapa yang memenangkannya.

Sekarang dia sudah memasuki area pertempuran. Nampak jelas dari kehancuran bangunan yang ada. Makin jauh, bukan hanya bangunan yang hancur, bahkan sebuah kawah besar terlihat menganga.

Di tengah kawah, Haruka melihat sosok yang terbalut energi hitam pekat. Tekanan energi pun sangat terasa di sana. Terasa kuat dan menyesakkan. Nampak seperti kobaran api unggun.

Ada lima lakhluk lain di sekitar kobaran kegelapan tersebut. Mereka tergeletak dan tak sadarkan diri.

Dia kenal sosok-sosok tersebut. Salah satunya adalah Dera, roh kucing oranye yang menjalin kontrak dengan Erix. Bergegas dia melesat menghampiri kucing tersebut. Dia begitu khawatir akan kondisinya yang nampak babak belur dan terluka.

Tidak hanya Dera. Haruka juga menemukan Bahamut dalam wujud boneka dragon, Gastrodiah – roh kegelapan putri Belphegor, Salamander dalam wujud laki-laki bertubuh kekar dan berambut merah, dan sebuah bola salju yang tidak dia ketahui. Dari kelimanya, Dera merupakan yang paling dia khawatirkan.

"Dera, kau tidak apa-apa?" tanya Haruka menggebu. Namun, Dera tidak menjawab sama sekali. Kondisinya yang parah membuatnya tetap terpejam.

"Tidak, tidak, tidak, tidak ... Dera ...." Air mata seketika berlinang. Untuk sekian kalinya, dia meraskan orang di sekitarnya meninggal.

"Tenang saja, dia hanya pingsan," ujar sosok laki-laki bertubuh kekar dengan rambut merah acak-acaka.

Air mata Haruka berhenti sejenak. "Tuan Salamander ...."

Laki-laki itu mencoba untuk beranjak meski energi miliknya tinggal sedikit. "Itu yang harus lebih kita khawatirkan," tunjukknya ke arah sosok yang berdiri tegak dalam kobaran energi kegelapan. Sosok ini diam dengan mata terpejam, tetapi ekspresi wajahnya mengerang seperti menahan kesakitan.

"Jika kau punya banyak kekuatan, tolong bawa kami jauh dari sini." Salamander kembali merebahkan dirinya menatap langit yang masih terbalut atmosfir kegelapan.

"I-itu ... Erix, kan? Apa sebenarnya yang sudah terjadi?" Meski apa yang di depannya itu iblis – terlihat jelas karena begitu sangar penampilannya – Haruka tahu kalau sosok tersebut adalah Erix.

Salamander tak lagi menjawab. Secara perlahan, matanya mulai tertutup. Rasa kantuk mengambil alih dan dia langsung tertidur.

Haruka segera menciptakan beberapa tombak cahaya baru untuk membawa Salamander, Bahamut, Dera, Gastrodiah dan bola salju yang dia yakini merupakan bawahan Erix meski dia tidak tahu siapa.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang