113 : Pembebasan Pulau Beku

168 33 29
                                    

Monster salju raksasa tampak meregangkan tubuhnya sambil berteriak keras. Suaranya terdengar bergema dan berbaur dengan suara guntur yang menyambar, menyatu membentuk simponi teror kehancuran. Langit gelap dan angin kencang, sang badai siap menerjang.

Ukuran tubuh monster itu bahkan lebih tinggi dari istana es yang ia buat – mirip Tower Eiffel dengan lima kaki dan berbentuk spiral – yang sekarang sudah hancur setengahnya. Setengahnya lagi menjadi tempat berdiri Erix dengan Pedang Ecalibur di tangannya.

Sepintas, Erix sedikit menyesali meninggalkan Salamander. Jika ada raja dragon api itu di sini, dia rasa melawan Roh Es bukanlah perkara sulit. Namun, apa yang berlalu biarlah berlalu. Sekarang dia hanya fokus ke satu hal.

"Selain egois, ternyata kau sungguh keras kepala," ujar Erix kesal, padahal musuhnya itu hampir bisa ditaklukkan. Sekarang ia mengalirkan energinya ke batu ruby yang ada di gagang pedang membuat batu merah itu menyala. Pancarannya mirip seperti bintang di tengah gelapnya malam. Kemudian Erix hunuskan pedang tersebut mendongak ke atas mengarah monster manusia es raksasa.

Tubuh Roh Es mirip seperti tubuh manusia, tetapi hanya setengah badan saja dan menempel di gundukan besar salju. Di beberapa bagian tubuhnya ditumbuhi dengan kristal es besar, bahkan di kepalanya juga. Sekarang terlihat seperti mahkota stalakmit lalu menjalar ke punggung.

"Kau ... kau akan aku ...."

Belum selesai Roh Es menuangkan kekesalannya, Erix seketika terbang melesat dan menebas kepala monster itu. Namun, tumpukan salju yang baru langsung mengisi bagian yang terpotong sehingga kembali ke bentuk semula seakan serangan Erix tadi tak pernah terjadi.

Tidak sampai di sana, Erix terus terbang cepat dan mebenas bagian-bagian tubuh Roh Es. Sayangnya, kejadian sama kembali terulang, Roh Es menyembuhkan dirinya sendiri.

Saat Erix kembali meluncur untuk mencari bagian tubuh yang bagus untuk diserang, tangan salju raksasa menghantamnya dari atas dan Erix terhempas kuat. Ia jatuh dan terperosok di gundukan salju pada sisi luar istana.

Tidak sampai di sana, Roh Es segera mengendalikan salju di tempat Erix jatuh itu dan mencoba menangkap pemuda itu. Kaki Erix terjerat dan tubuhnya mulai diapit kuat oleh salju. Erix terlihat seperti boneka yang tergenggam dalam gengangaman tangan anak nakal sekarang. Meloloskan diri pun percuma, bagian bawah tubuhnya benar-benar terjepit kuat.

Tentu Erix tak kehabisan akal. Ia tancapkan pedangnya untuk memotong salju yang mejepit. Naas, justru pedangnya ikut terjerat dan tak bisa dicabut kembali.

"Sial ... ini merepotkan," gumam Erix sambil menyeletuk.

Bagian salju tadi diangkat oleh Roh Es dan dihadapkan ke wajahnya. "Aku akan menjadikanmu koleksi patung esku yang spesial. Aku akan terus mengingat kejadian hari ini sambil menatap tubuhmu yang membeku."

Roh Es membuka mulutnya dan ia hembuskan hawa super dingin ke tubuh Erix membuat suhu pembeku menghantamnya kuat. Ia bahkan bisa merasakan setiap tulangnya menggigil kedinginan.

"Sial ... tidak adakah yang bisa aku lakukan ...." Erix mencoba terus meronta sambil mengalirkan energi cahaya ke tubuhnya untuk menghalau suhu dingin tersebut. Jika manusia biasa, mungkin tubuhnya sudah menjadi balok es sedari tadi. Namun, dia tidak bisa terus bertahan, ia harus melawan jika ingin menyelesaikan pertarungan ini.

Tiba-tiba, sebuah tambang hitam melesat dan menebas tangan Roh Es. Lengan itu seketika buntung dan Erix terlepas dari jeratan. Pemuda itu segera mengepakkan sayapnya untuk terbang mengudara. Pergi meloloskan diri.

"Siapa ... siapa yang berani menggangguku ...." Mata Roh Es menangkap sesosok pemuda mengendarai srigala besar yang sekarang bergerak cepat menghampiri. "Kau ... Raka Nothnegel!"

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang