147 : Memanggil dan Berkumpul

126 29 29
                                    

Sebuah bola energi hitam meluncur dengan kecepatan luar biasa menembus udara menuju sisi paling timur benua. Saking cepatnya dia melesat, jarak yang begitu jauh itu ditempuh dengan waktu hitungan menit saja.

Tujuannya adalah sebuah pulau yang tampak kelam dan mengerikan. Terdapat banyak gunung di pulau ini. Terlihat tinggi dan terjal seperti cakar yang ingin merobek langit.

Ada sebuah hutan lebat di bawah pegunungan tersebut. Bola tadi tetap melesat dan masuk ke hutan, meresap ke dalam tanah. Hingga, tibalah dia di sebuah ruang gua cukup luas dan dasarnya berupa lahar yang mengalir.

Di tengah ruang itu terdapat sangkar burung raksasa. Berdiri tegak diantara sungai lahar. Suhu panas jelas tidak berpengaruh padanya. Tidak ada tanda-tanda akan melelah atu memerah karena panas yang berlebih.

Bola energi tadi tetap meluncur dan masuk ke dalam sangkar menghampiri sebuah tubuh yang tampak mengering. Persis seperti mumi. Dengan tanduk yang tumbuh di dahinya, juga dari ukuran tubuhnya, dapat dipastikan kalau makhluk ini adalah kerangka iblis. Dan bola tadi masuk ke tubuh ini.

Mata mayat itu tiba-tiba memerah. Dia terperanjak kaget seperti orang yang sedang asik-asiknya tidur, disetrum dengan tiba-tiba. Kemudian, meski tidak ada bibir, dapat dipastika kalau dia sedang tersenyum.

"Semua sudah berkumpul ...." Suaranya terdengar kasar dan bergema.

Di dalam tubuhnya, terdapat tujuh bola yang berputar dengan sangat cepat, kemudian bersatu membentuk bola yang lebih besar.

Mayat itu menghirup napas panjang-panjang menunjukkan kalau sudah sangat lama dia tidak merasakan aliran udara melewati hidungnya. Namun, sebanyak apa pun udara yang dihirup, semuanya kembali keluar karena dia tidak memiliki paru-paru. Organ itu mungkin sudah hilang sekitar lima ratus tahun yang lalu. Dia hanya ingat kalau paru-parunya mengkerut dan akhirnya hancur.

Kabut hitam muncul entah dari mana dan langsung membalut tubuhnya. Kabut tadi berubah menjadi semacam jubah lusuh hitam dan langsung terpasang menjuntai.

"Sudah lama sekali rasanya aku tidak merasakan jiwaku bergejolak." Ia beranjak dengan kaki belulangnya dan tampak oleng sesekali, tetapi dia paksa untuk berdiri tegak. "Tubuh mayat ini sangat sulit digerakkan. Sekerang hanya perlu mencari orang yang tubuhnya cocok dengan jiwaku."

Dia kembali menapaki kaki menghampiri sisi kurungan. Menatap bagian luar sangkar yang luar biasa panas.

Satu serangan terpikirkan oleh otaknya sekarang untuk menghancurkan kurangan ini. Tangannya ia kepalkan sehingga asap hitam keluar dari sana. Langsung saja ia melesat dan menghantamkan pukulan tersebut. Suara dentuman seketika tercipta. Bahkan, lahar di luar sangkar terciprat menjauh akibat kuatnya energi yang dilepaskan.

"Bahkan sudah lewat seabad pun, kurungan ini tidak melunak sama sekali."

Dia ulanginya serangan yang sama tetapi dengan kapasitas energi lebih besar. Namun, tetap saja tidak berguna. Bergeming, tetapi tidak hancur.

"Heh, memang harus dengan tubuh yang bagus. Tubuh ini sudah tidak berguna lagi." Kenyataan kalau Tuju Pangeran Neraka sudah mati menunjukkan kalau dia tidak akan pernah mendapatkan tubuh dari Wadah Sang Ayah.

Maski otaknya sudah lama hancur, tetapi dia terus berfikir bagaimana caranya keluar dari kurungan laknat tersebut.

Tiba-tiba, sangkar bergetar hebat membuat iblis tadi sedikit terperanjak. Matanya menatap sekitar. Dia merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

Setelah bergetar, sangkar mulai bercahaya keemasan. Menyala dan meredup menunjukkan sesuatu akan terjadi.

Dia hanya diam, tetapi bersiap untuk menghadapi situasi terburuk.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang