"Kita sudah tidak punya waktu!" seru Belphegor.
Keraguan melanda hati Erix. Ia tidak bisa menebak peristiwa ini benar dengan kenyataannya atau hanya sandiwara yang dibuat Belphegor. Karena mau bagaimana pun, iblis tetaplah iblis.
Tiba-tiba, pintu di sebrang ruangan meledak. Sesosok kesatria full armor berdiri dengan gagah di ambang pintu tersebut. Belphegor mulai berkidik.
"Erix, cepat!" seru Belphegor lagi. Kali ini penuh desakan.
Erix dan Dera bisa merasakan energi kegelapan luar biasa besar berpancar dari kesatria itu. Bahkan Dera meyakini energi kegelapan ini jauh lebih besar dari Asmodeus dan Belphegor.
"Erix!" kali ini Belphegor benar-benar mendesak.
"Sial!" seru Erix dan dengan cepat ia meloncat masuk ke dalam cermin tersebut.
Sedetik setelah Erix masuk, bayangan pada cermin bermubah menjadi bentuk lingkaran. Memutar pantulan gambar, sekarang terlihat seperti lubang kegelapan.
Kesatria kegelapan tadi terlihat sangat marah. Ia melempar pedang besarnya ke arah cermin yang sekarang berubah menjadi portal. Dengan cepat Belphegor membuat semacam pelindung sihir dari kegelapan yang dipadatkan. Dinding hitam yang tebal muncul melindungi pangeran iblis itu. Namun, pelindung itu bukanlah tandingan ketajaman pedang tersebut. Pedang itu menghancurkan dinding kegelapan dengan mudah lalu menusuk tubuh Belphegor hingga tembus dan menancap di cermin sasarannya.
Dua titik merah menyala diantara segaris helm logam menunjukkan posisi sepasang mata. Sorot tajam mata itu tertuju lurus ke arah Belphegor yang terluka.
"Belphegor ... apa yang kau lakukan ...?" suara berat penuh emosi menggema di seluruh ruangan.
Rasa takut seketika menyerang diri Belphegor, namun secepat kilat ia tepis rasa takut itu. "Apa pedulimu."
"Kau berkhianat ...," nafas berat terhembus dari celah-celah area mulut kesatria berzirah itu.
Belphegor memuntahkan darah. "Aku bersama kalian bukan berarti aku bagian dari kalian."
Nafas berat kembali berhembus, dua mata merah terus menatap pemuda dengan pedang besar di tubuhnya itu. "Kau ...."
Belphegor mengeluarkan semacah hawa kegelapan dari tububnya. Hawa kegelapan itu berkumpul di tangan Belphegor dan berubah menjadi sebuah pedang.
"Kau berani melawanku?"
"Mana mungkin. Aku yang hanya seorang Pemalas ini tidak akan bisa mengalahkan pangeran neraka terkuat. Sang Dosa Amarah, Baal." Belphegor mengayunkan pedangnya dan menancapkannya ke cermin di belakangnya. Jalur retakan memecahkan kaca tersebut membuatnya terlihat seperti cermin biasa.
Meski tertutup helm, semua orang tahu jika Baal terlihat semakin murka. "Moloch," panggil Baal pada seseorang. Laki-laki berkepala sapi datang mendekat. "Bunuh semua bawahannya yang masih tersisa. Jangan biarkan mereka hidup. Biar aku yang mengurus Pemalas ini."
"Baik, Yang Mulia," Moloch seketika menghilang dalam kegelapan.
"Sudah terlamabat Baal. Selagi kita berbincang, orang-orangku sudah semakin jauh. Moloch tidak akan- argh!" Belum selesai Belphegor berbiara, Baal meluncur dan menendang pedang yang tadi ia lempar membuat pedang semakin dalam menancap di tubuh pangeran iblis itu hingga tembus ke sisi belakang cermin.
Belphegor meregang, rasa sakit luar biasa mencengram tubuhnya. Ia menjerit sejadi-jadinya. Darah segar tertumpah dan mengalir sampai ke lantai.
"Kau sungguh bodoh, Belphegor," ujar Baal. Ia membuka helm tempurnya. Menunjukkan wajah kesal dengan tatapan dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...