Sosok monster raksasa dengan tubuh seekor dragon berwarna campuran hitam, hijau dan merah sedang berjalan menerobos lebatnya hutan belantara. Dia memiliki tiga kepala dengan leher panjang meliuk-liuk. Namun, ketiga kepalanya bukanlah kepala dragon. Melainkan kepala manusia, dua kepala laki-laki dan satu kepala wanita. Terasa mengganjal dan menakutkan.
Setelah melewati hutan, sekarang dia tiba di sebuah dataran tandus yang sangat luas. Gersang, tetapi bukan gurun pasir.
Di daratan itu dipenuhi ribuan, mungkin ratusan ribu, monster berbagai bentuk dan wujud. Ada abstrak seperti lendir bertentakel, ada yang campuran beberapa hewan, ada iblis, ada hewan-hewan aneh, ada orc, bahkan makhluk-makhluk keren dan eksotis. Tampak berbaris menyambut kedatangan pemimpin mereka.
Di arah yang berbeda, sepasukan malaikat jatuh – manusia bersayap hitam – datang berkerumun dan bergabung dengan pasukan besar tersebut.
Dua nefilim memisahkan diri dari koloni mereka dan mendarat di dekat monster naga berkepala tiga tadi.
"Kalian datang, Abraxas ... Lakuus ...." ujar kepala wanita dari dragon. Kepala paling kiri itu menjuntai ke bawah dan mendekati dua malaikat jatuh.
"Kami akan membantu Anda, Tuan Mammon," sahut Abraxas yang bersayap putih.
Berbeda dengan temannya, Lakuus hanya diam tak menanggapi.
Kepala wanita tampak tersenyum dan kembali terangkat mensejajarkan diri dengan dua kepala lainnya.
Kepala tengah merupakan kepala laki-laki dewasa yang tampak gagah, terlihat jelas dari rahang besar penuh wibawa, meraung dengan suara sangat keras. Teriakannya yang besar itu langsung menarik perhatian semua pasukan monster.
"Kita akan menyerang dengan kekuatan penuh kali ini!" seru ketiga kepala serempak. Suara mereka bersatu sehingga terdengar ramai. "Rampas semua milik mereka!"
Seruan tersebut disambut dengan gemuruh teriakan semangat semua pasukan. Monster-monster menjerit histeris seakan ingin segera mencabik semua ras di seluruh Leavgard.
Senyum jahat di tiga kepala terpampang. Ia merasa bangga akan nafsu membunuh pasukannya yang tinggi.
Segera ia membentangkan sayap dan langsung dikepakkan. Dragon besar itu meluncur ke udara menuju benteng musuh. "Serang!!" seru ketiga kepala serentak.
Pasukannya yang sudah tidak sabar ikut meluncur. Mereka berlari ramai-ramai seperti ombak besar yang akan menerjang apa pun seakan hidup mereka hanya untuk berperang.
Hutan lebat mereka trabas. Monster-monster bertubuh besar membuat pohon-pohon tumbang saat mereka lewat dan menimpa monster-monster kecil di bawahnya. Namun, tidak ada satu makhluk pun yang peduli. Yang mati ditinggal begitu saja seperti sebongkah batu yang tidak berguna.
Burung-burung aneh dan jelek terbang di udara. Kerumunan besar itu terlihat seperti awan hitam yang siap menumpahkan badai.
Suara gemuruh serangan terdengar sampai ke benteng lawan. Getara tanah saat ratusan ribu pasukan menyerbu membuat siapa saja gentar dan ketakutan. Di depan benteng kayu tersebut, kerumunan pasukan tampak siap berperang, tetapi dengan hati yang gundah. Ketakutan menyerang mental mereka.
Disaat seperti itulah sang komandan bertindak. Raja Helicius von Borg melangkah maju keluar benteng dan berteriak. "JANGAN TAKUT! LINDUNGI TANAH AIR KITA, SAUDARA KITA DAN KELUARGA KITA. KITA HARUS HENTIKAN KEMURKAAN. KITA TAKLUKKAN RAJA IBLIS! BUNUH RAJA IBLIS!"
Rasa takut seketika sirna. Hati semua prajurit, terlepas ras mereka, terbakar dengan semangat dan niat balas dendam. Iblis dan antek-anteknya harus mati. Jika tidak, mimpi perdamaian dunia tidak akan pernah tercapai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...