Intervision 5th

233 47 50
                                    

Kota Ginkaku

Di hamparan ladang sawah yang cukup luas, terdapat banyak sekali petani yang sedang berbungkuk sambil melangkah mundur untuk menanam bibit padi pada sepetak tanah lumpur.

Mereka merupakan ras Oni, makhluk persisi manusia, tetapi memiliki tanduk pendek – mungkin ukurannya 2 senti – yang mencuat di dahi mereka. Mengenakan pakaian yukata yang biasa digunakan orang Jepang di era Edo kuno.

Seorang oni lain yang tampak lebih gagah dengan pakian samurainya, berjalan di pematang sawah menghampiri kelompok petani yang sedang sibuk menyemai bibit tadi.

"Tuan Hakurou, ada masalah di pantai," ujar oni tersebut.

Laki-laki yang disebutkan namanya pun berdiri tegak. "Lagi?"

"Kali ini ada ikan aneh yang mengikuti para nelayan. Dari laporannya, ikan-ikan aneh itu merangkak di darat dengan sirip mereka dan berniat mencuri ikan yang dijaring para nelayan," jelas oni itu lagi.

"Aisss .... Tidak adakah penjaga di sana?" Hakurou sepertinya kesal menanggapi masalah ini berulang-ulang.

"Sedang dalam perjalanan, Tuan."

"Aisss."

"Pergilah Hakurou, kami bisa urus di sini," sahut seorang wanita oni dari kelompok petani tadi.

"Tapi Yuna ...."

"Aisss!" seru wanita itu memotong omongan Hakurou membuat laki-laki oni tadi terdiam.

"B-baiklah." Hakurous segera pergi memelwati tanah lumpur menuju oni laki-laki tadi di pematang sawah. "Galak amat."

"Apa kau bilang?" Ternyata wanita tadi mendengarnya. "Kalau aku galak, kenapa kau mau menikahiku!?"

Hakurou mempercepat langkah kakinya dan bergegas keluar dari ladang lumpur.

Tingkah Hakuraou itu membuat semua oni di sana menahan tawa mereka, terutama para wanita.

"Ayo kita pergi, Murai." Hakuraou pun melangkah meninggalkan sawah menuju masalah yang diucapkan Murai tadi. Tetap dengan kondisinya seperti itu, mengenakan yukata lusuh dan kaki yang dipenuhi lumpur.

"Tuan Hakurou, anda sudah diangkat menjadi gubernur. Setidaknya tunjukkan kalau Anda memiliki wibawa," ujar Murai di sela langkah kakinya.

"Aku ini merakyat," sahut Hakurou sekenanya.

Mereka meneruskan langkah menuju bibir pantai yang berjarak sekitar 20 menit dengan berjalan.

Sesampai di lokasi tujuan, terdapat semacam keramaian oni yang mencoba menghentikan aksi perampasan monster ikan yang merayap seperti kadal.

Bentuknya persis ikan mudskipper dan dia berjalan dengan dua sirip depannya. Tubuh berwarna biru dengan totol merah dan terdapat sirip seperti layar di punggung mereka.

Hakurou yang masih kesal karena dibentak istrinya, pun tersulut emosi dengan ikan yang selalu membuat masalah itu.

"HEY, aisss .... Kalian ikan idiot! Sudah aku bilang jangan ganggu nelayan lagi." Hakurou berjalan kasar sambil menyingsingkan lengan yukata-nya seakan bersiap ingin memukul.

"Aku lapar," ujar salah satu ikan tersebut. Hakurou tahu kalau ikan itu terlihat murung meski wajahnya tampak datar.

"Kami juga lapar. Kau bisa cari makan sendiri, kan?" Urat kepala Hakurou mulai berkdut. Jika bukan karena teman lama, ia pasti akan memotong ikan ini.

"Sekarang sudah sulit. Entah mengapa lautan mulai sepi. Aku tidak tahu ikan-ikan pergi ke mana," ujar ikan itu agak merana.

Namun, Hakurou justru menangkap informasi baru dari ucapannya. Ia menoleh ke arah para nelayan untuk meminta penjelasan.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang