154 : Perang Akhir - part 2

102 20 18
                                    

Perang masih berkecamuk di Dataran Halley. Tanah lapang itu dipenuhi dengan banyak makhluk yang saling hujam. Beberapa ledakan terkadang muncul dari serangan sihir pasukan belakang pasukan aliansi. Namun, itu bukan akhir dari pertempuran. Mereka akan terus berbentur sampai titik darah penghabisan.

Begitu pula dengan pasukan udara. Pasukan gabungan nefilim, harpy, dragon dan robot futuristik buatan Lucius bertarung sengit dengan makhluk seperti burung – bahkan tidak pantas disebut burung kerena bentuknya yang abstrak.

Geppetto ada diantara mereka, mengenakan battle arm yang lebih canggih dari sebelumnya. Jika yang pertama berupa lengan robot besar seperti lengan gorilla, tetapi kali ini dia memiliki dua pasang lengan yang tidak terlalu besar. Meski begitu, mereka dilengkapi banyak sekali perlengkapan perang. Ia menyebutnya battle four-arm.

Beberapa roket kecil meluncur dari sela-sela lengan dan menabrakkan diri mereka ke pasukan burung aneh. Rentetan ledakan langsung tercipta.

Seekor monster burung merah memiliki tiga kaki, melesat dengan kecepatan luar biasa berniat menerkam Geppetto dari belakang. Namun, barrier hologram muncul otomatis menghalau serangan tersebut. Tidak hanya itu, sebuah roket kecil meluncur dari sisi belakang battle four-arm dan langsung menabrakkan dirinya pada burung tersebut. Ledakan tercipta, tetapi tidak terlalu kuat. Cukup untuk mengahancurkan tubuh burung tersebut menjadi bagian-bagian kecil.

Idris Willow juga ada di sana. Dia nampak gagah bertarung sambil menunggangi griffinnya yang sekarang dilengkapi zirah. Dengan tombak di tangan, dia berhasil membunuh banyak sekali lawan. Setelan gagahnya sekarang dipenuhi dengan noda darah. Sama halnya dengan Idris, bulu Griffon yang kecoklatan di bagian leher, juga dikotori dengan darah.

Target sasaran mereka biasanya pasukan lawan yang bergerak secara berkelompok dan mereka membubarkan kelompk tersebut. Kemudian, dia menyuruh pasukan nefilim membereskan sisanya.

Komandan pasukan nefilim, Ramiel dan Danel, nampak tidak masalah sama sekali diperlakukan seperti bawahan oleh Idris. Yang mereka pikirkan hanyalah memenangkan perang ini bagaimana pun caranya dan hidup bebas di kemudian hari.

Banyaknya pasukan lawan mampu mengikis pasukan aliansi. Untungnya, Samsapel – petinggi nefilim yang fokus pada mantra pendukung di barisan belakang – dan Herpia – ratu harpy – selalu melindungi mereka sehingga tidak ada yang menderika luka fatal. Yang mati memang tidak bisa dihidupkan kembali, tetapi setidaknya jumlahnya dapat ditekan ke angka minimum.

Di sisi lain, pada bagian langit lebih tinggi lagi, Phoenix dan Ifrit bekerja sama dalam memusnahkan kerumunan iblis bersayap.

Pasukan lawan itu berupa gerombolan cyclops merah kurus dengan sayap berselaput. Mereka nampak bringas saat mengeroyok seekor dragon.

Phoenix merubah dirinya menjadi burung api besar, persis seperti dalam legenda. Namun, karena sang roh api superior Ifrit membantunya kali ini, dua kekuatan api itu bersatu dan membuat bentuk fisik burung api berubah ke wujud yang lebih memukau. Ia nampak memakai zirah perang dengan dua pasang sayap dan terdapat beberapa helai ekor menjuntai yang persis seperti bulu ekor merak.

Setiap kali burung api ini menghampiri musuh, semua lawan langsung berubah menjadi abu.

Namun, banyaknya jumlah lawan membuat Phoenix dan Ifrit sedikit kewalahan. Meski begitu, mereka terus berjuang menghalau serangan musuh dan menguranginya sedikit demi sedikit.

Hercules terlempar kuat setelah didepak Cerberus – monster srigala raksasa dengan tiga kepala – dan menghantam tanah dengan sangat keras. Ledakan kecil tercipta saat dia mendarat, bahkan sampai benbentuk kewah dangkal dengan banyak retakan.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang