138 : Bukan Sekedar Sebutan

121 31 33
                                    

Kemurkaan pada diri Erix meningkat tajam. Hal itu tergambar jelas dari luapan energi kegelapan pada dirinya. Memancar seperti kobaran api dan asap.

Sekarang, musuh baru sudah terkonfirmasi. Empat orang laki-laki mayat hidup milik Mak Lampir menatap ke arahnya dari bibir pantai sisi kiri teluk. Tempat yang berbeda dari pasukan gabungan Camelot dan Albion berada.

Di sana ada Abiseka dengan tampilan unik, mengenakan rompi sederhana dan bertelanjang dada. Ia mengenakan celana setengah betis kemudian dilapisi kain sampai setengah paha. Terdapat kelet bahu dari emas di kedua lengannya sehingga dia sedikit berbeda dari tiga orang lainnya.

Kemudian ada Ghani Rajpura yang tak mengenakan baju sama sekali seakan sengaja memamerkan otot kekarnya pada dunia. Terdapat bindi di dahi menunjukkan kalau dia orang India. Dengan vajra di tangan, dia mampu mengubah energinya menjadi energi listrik.

Victor Camerun, seorang laki-laki bertubuh besar dengan otot menggelembung. Dari tampilan fisik saja sudah dipastikan kekuatan penghancur yang ia miliki.

Yang terakhir adalah Arthur Pendragon. Seorang kesatria Eropa berzirah biru. Tangan kanannya buntung bekas terbakar. Namun, tangan kirinya memegang pedang legenda Excalibur. Dari keempat orang yang hadir, hanya pria ini yang Erix kenal. Sedangkan sisanya tampak asing.

Erix melayang. Sayap berbulu hitamnya ia kepak pelan dan tubuhnya mulai bergerak di udara. Terbang pelan ke sisi pasukan untuk menyerahkan tubuh Haruka yang sekarang terbalut energi hitam kegelapan.

"Erix ...," sapa Hattori Kijin.

Sang raja tidak menjawab, atau lebih tepatnya dia tidak peduli apa pun dan siapa pun. Dipikirannya sekarang hanyalah mengantar tubuh tak bernyawa Haruka ke orang yang dia kenal, kemudian melesat dengan kecepatan luar biasa menuju sisi lain pantai. Dia langsung menerjang keempat dragon slayer yang dikirim Mak Lampir tersebut.

Semua lawan seketika berpencar. Terjangan Erix menghantam tanah dan meledakkannya. Tidak sampai di sana, ia kembali melesat menghampiri Abisa.

Satu pukulan keras ia kerahkan ke arah laki-laki itu. Namun, dengan mudahnya sang lawan menepis serangan tersebut dengan gerakan aneh. Bukan hanya satu serangan, tapi semua pukulan dan tendangan yang Erix kerahkan berhasil ia tepis.

Gerakan Abiseka cukup lincah. Setiap tindakannya tampak seperti menari. Tertata dengan baik sehingga tidak ada gerakan yang merugikan. Erix kenal ilmu bela diri lawannya tersebut. Disebut dengan pencak silat.

Sialnya, ketiga orang yang lain segera membantu dan langsung mengeroyok. Ghani Rajpura membentuk energi petir menjadi pedang dan ia gunakan untuk menebas.

Saat Erix akan menghindar, laki-laki lain yang bertubuh kekar memukulnya dari belakang. Pukulan Vicotor Camerun tersebut menghantam telak membuat Erix terhempas ke depan. Dan di sana, Arthur langsung menebas pemuda itu dengan Pedang Excalibur.

Reflek, Erix meloncat menghindari serangan, bersalto di udara. Sayang, saat masih di udara, Abiseka menendang tubuhnya dan Erix kembali terhempas.

Seakan tidak diberikan waktu, Arthur dan Ghani langsung mengayunkan senjata mereka sedetik setelah Erix mendarat. Namun, Erix segera mengendalikan energi kegelapannya, ia keraskan dan dijadikan sebagi lengan untuk menahan dua serangan tersbeut.

Tidak berhenti di sana, Erix juga langsung menyerang dua orang lainnya dengan energi kegelapan yang ia bentuk menjadi tombak jatam.

Julukan kesatria dalam legenda bukanlah kisah omong kosong. Meski keberhasilan serangan Erix hampir terjadi, mereka mampu menghindari serangan tersebut. Bahkan, keduanya mempu membalas dengan tendangan dan pukulan beruntun.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang