164 : Harapan di Medan Perang

70 20 33
                                    

Armada tempur pasukan gabungan Timber dan Orlando sibuk membombardir pulau yang merupakan markas utama pasukan raja iblis.

Setiap peluru meriam sihir yang terlontar menimbulkan ledakan luar biasa hebat. Namun, tidak semua peluru meriam sukses menghantam pulau. Hampir sebagian besar terhalang semacam pelindung sihir tak terlihat yang membungkus pulau tersebut.

Beberapa kapal beralih menyerang area pantai yang terhubung dengan jembatan raksasa. Di sana bola-bola meriam itu menghancurkan banyak sekali pasukan Man-dug 'Ul yang mencoba untuk menyebrang.

Pasukan Man-dug 'Ul ini berjumlah puluhan, mungkin ratusan ribu. Entah dari mana mereka datang, tetapi jumlah yang keluar dari pulau sekecil itu seakan tidak akan pernah habis. Terus mengalir seperti mata air.

Ketika keluar dari pulau, mereka langsung dihantam meriam angkatan laut. Sebagain kecil tewas di sana. Namun, jumlah besar yang selamat terus melangkah maju menyebrangi jembatan.

Di tengah jembatan, serangan dari lemparan batu Jagau dan semburan bola panas Bahamut menghantam sehingga beberapa diantara mereka jatuh ke laut. Ratusan bahkan ribuan mermaid dan maridscal ada di bawah jembatan. Mereka langsung membunuh pasukan tersebut. Ditebas kepalanya dan ditenggelamkan ke laut supaya mereka tiak bangkit lagi. Meski begitu, pasukan yang tersisa terus berbaris rapi untuk menyebrang.

Sampai di bibir pantai, pasukan terpecah dalam tiga bagian. Pasukan pada barisan paling kanan akan berbelok menuju ke utara dan bergabung dengan pasukan Man-dug 'Ul yang lain. Mereka menerjang para musuh untuk menghentikan Jagau dan Bahamut. Sayangnya, apa yang menjadi tujuan mereka terasa sulit dilakukan karena pasukan gabungan terus menghalangi.

Di barisan paling kanan akan berbelok ke selatan dan bertempur dengan pasukan angkatan laut yang dipimpin Thiago Balderas. Perang besar di bibir pantai itu menguras banyak sekali pasukan.

Sedangkan pasukan di barisan tengah akan tetap maju ke depan menuju Dataran Halley, membantu pasukan utama untuk menghancurkan pasukan inti musuh.

Meski terpecah-pecah, pasukan Man-dug 'Ul nampak tak tertekan sama sekali. Jumlah mereka tetap konsisten dan terus berdatangan.

Barisan-barisan kosong akan terus terisi dengan pasukan baru sampai mereka mencapai apa yang menjadi tujuan tuan mereka.


Perang di bibir pantai itu dipimpin oleh Thiago Balderas dengan pasukan gabungan Kerajaan Orlando dan Timber serta pasukan oni, lebah apis dan arthurian dari Kerajaan Camelot.

"Sigue atacando. No pierdas el ánimo! Perjuangan kita untuk masa depan Leavgard!" seru Thiago saat menebas tiga Man-dug 'Ul sekaligus dengan tombaknya.

Seruan Thiago tersebut disambut dengan teriakan semangat seluruh lapisan pasukan. Jiwa perang mereka makin berkobar dan terus menekan lawan.

"Per Timber!" sahut seorang wanita berpakaian seperti bajak laut. Dia menghunus golok melengkung miliknya ke udara. Seruan pasukan langsung menyahut dengan kalimat yang sama.

Sepertinya Martini Giordano, kapten armada tempur Kerajaan Timber itu tidak mau kalah dengan Thiago dalam urusan kepememimpinan.

Sebenarnya Thiago sedikit jengkel akan hal itu. Namun, perang merupakan masalah utama saat ini. Jadi, dia akan kesampingkan rasa ingin protes tersebut.

Di sisi lain, Hakurou nampak hebat memimpin pasukan oni yang mengenakan zirah samurai. Bawahannya, Murai, pun tak kalah hebat. Katana mereka tak henti memenggal pasukan lawan. Setiap ayunan senjata pati menghasilkan berkurangnya pasukan lawan.

Satu persatu pasukan Man-dug 'Ul tumbang. Namun, itu bukan akhir dari peperangan karena selalu ada pauskan baru yang datang.


Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang