23 : Takdir dan Arti Kematian

548 90 9
                                    

Erix masuk ke dalam rumah. Di dapatinya semua orang sedang melingkari meja makan. Bocah laki-laki itu segera menghampiri satu-satunya kursi kosong dan duduk di sana.

"Dari mana saja kau?" tanya Genji.

"Sedang baca buku, Paman," jawab Erix seraya menunjukkan buku yang ia pinjam dari Haruka.

"Dimakan dulu sarapannya. Nanti makanannya dingin," sahut Izumi.

"Baik, Bibi." Erix langsung melahap hidangan yang sudah tersaji. "Enaaak."

"Kau tampak bersemangan sekali pagi ini. Apa ada sesuatu yang bagus sudah terjadi?" tanya Yui.

"Ada," jawab Erix cepat. "Baru saja aku melamar Haruka."

Makanan di mulut Haruka yang akan masuk ke lambung, seketika nyangkut di tenggorokan. Dengan cepat ia meminum air pada cangkir kayu dan mendorong makanan yang tersangkut itu untuk masuk ke dalam perut.

"A-a-a-a-a-a-a-apa yang kau bicarakan!?" seru Haruka.

Izumi memegang pipinya sendiri sambil tersenyum. "Kau berani juga."

"Bagus!" sambar Yui, ibu Haruka. "Lalu, apa jawabannya?"

"Tidak akan pernah!" sergah Haruka.

"Haruka meminjamiku buku ini, karena itu aku membacanya sampai habis," jawab Erix tanpa memperdulikan seruan gadis di depannya itu.

"Itu buku kesukaan Haruka," sahut Yui. "Kau ada kesempatan, Erix. Berjuanglah."

"Tentu saja!" seru bocah itu. Dengan meneguk air dari dalam cangkir, ia menyelesaikan sarapannya.

"Bagaimana dengan ingatanmu, apa sudah kembali?" tanya Genji.

"Berkat Yura, aku sudah ingat semuanya. Tapi aku tiak boleh mengatakan apa pun mengenai masa depan. Jika aku beberkan, aku tidak bisa kembali," jelas Erix.

"Yah, sayang sekali. Padahal aku ingin tahu seperti apa aku di masa depan."

"Jika aku mengatakannya, bisa-bisa masa depan yang aku tahu akan berubah," ujar Erix lagi.

Tiba-tiba, pintu rumah diketuk. Suara seorang wanita terdengar memanggil-manggil nama Yui. Ibu Haruka segera beranjak untuk membukakan pintu. Nampaklah seorang wanita elf berdiri di luar rumah.

"Yui, apa kau sudah siap?" tanya elf itu seraya masuk ke dalam rumah dan Yui kembali menutup pintu.

Sesosok elf berambut pirang panjang mengenakan perlengkapan memanah, sibuk menatap makanan di atas meja.

Erix sepertinya mengenali wanita ini. Bocah itu menatap lekat-lekat dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Ketika di bagian rok, Erix menyadari ternyata elf ini adalah wanita yang dia tabrak ketika membantu Jiang Mei Hua saat mencari mutiara. Dan Erix pun menyadari ternyata dia adalah Tias, elf teman Haruka.

"Seperti biasa, kau terlihat seksi, Tias," ujar Genji. Izumi langsuk mencubit suaminya. "Aduh-aduh-aduh."

"Kau tidak berubah sama sekali, Tias. Tetap cantik," ujar Erix.

"Terima kasih," sahut Tias spontan. Lalu menoleh ke arah Yui. "Siapa anak ini?"

"Suami masa depan Haruka," jawab Yui main-main.

"Oh, ya! Waw. Aku do'akan supaya kau beruntung," ujar Tias. Wajah indahnya merona akan senyuman.

Yura yang sejak tadi diam, turun dari kursinya setalah ia menghabiskan santapannya. Disusul Haruka, Izumi dan Genji.

Yui bergegas menghabiskan jatahnya dan membantu kakaknya – Izumi – untuk merapikan meja makan.

"Yui, pasukan shensin akan berkumpul sebentar lagi. Apa kau yakin akan ikut ekspedisi kali ini?" tanya Tias. "Seperti yang kita tahu, tidak ada yang pernah ke luar dari dungeon satu itu."

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang