Kurokaze Kotaro duduk termenung menatap ponsel pintar yang ia dapat dari Aegina. Ia menonton beberapa kali hasil rekaman Erix dan Belphegor yang tampak akrab, sampai ponsel itu kehabisan daya. Sekarang layarnya gelap memantulkan wajah gusar kepala desa ninja itu.
Ia tidak sendiri, ada empat orang ninja bersamanya. Kurotsuci Daichi, seorang kakek tua yang mengenakan yukata biru gelap – ketua Klan Kurotsuci – duduk bersilang dalam diam. Nenek Aikawa Kazue - ketua Klan Aikawa – pun melakukan hal yang sama. Keduanya termenung seakan menunggu sesuatu. Kecuali Jagau Kudungga - ketua Klan Ninja Bekantan – tampak bersantai sambail bibirnya bermain daun bambu.
Namun, tingkah berbeda ditunjukkan oleh ketua Klan Yamagiri, Yamagiri Kanon. Kunoichi berambut hitam yang dikepang panjang itu tampak kesal. Ia beranjak lalu berlutut di dekat Kotaro. "Takekage, apa Anda berniat untuk berdiam diri terus? Utusan Belphegor itu mengatakan kalau Wilayah Byakko, Kekaisaran Sakura sudah diserang. Tetapi ia melarang kita untuk ikut ke medan perang. Aku merasakan suatu ketidakwajaran, Tuan Takekage."
Kotaro menghela napas. "Bagaimana jika yang ia katakan benar? Bagaimana jika aku mengirim pasukan dan sampai di sana semuanya musnah? Lagi pula, kau sudah dengar, 'kan, sekarang wilayah Byakko dijaga oleh bawahan Pangeran Lucifer."
"Tapi ...."
"Aku tahu kekhawatiranmu, Kanon," potong Kotaro. "Untuk sekarang, kita ikuti sarannya. Dari sana kita bisa lihat, mereka teman atau lawan."
"Aku harap, saat semuanya jelas, kita tidak terlambat," gumam Kazue. Suara tuanya terdengar bergetar.
Tiba-tiba, suara berisik langkah kaki terdengar di luar. Hal itu menarik perhatian semua orang di dalam ruangan. Daichi, Kazue, Jagau dan Kanon beranjak dari tempat duduknya, menatap pintu ruangan.
Seorang wanita berjubah lusuh masuk dengan tergesa. Dia adalah Aegina, oracle setia Belpehgor yang sekarang mengabdi pada Dungeon Hallow. "Erix ... dia sudah kembali ... siapkan pasukan kita."
Kotaro seketika berdiri dengan gagahnya mendengar informasi tersebut. "Kumpulkan semua shinobi senior!"
*****
Di sebuah ruangan luas, berdinding kayu yang berpanel kertas transparan khas rumah Jepang. Seorang gadis tergeletak di tengah ruangan tersebut.
Ia tertidur dalam balutan selimut tebal. Napasnya terasa begitu berat yang seakan kapan pun bisa saja putus.
Ia tidak sendiri, banyak orang mengelilinginya, sebagian besar anggota Dungeon Hallow Party. Merlin pun di sana, menatap sendu murid pertamanya itu.
"Apa dia baik-baik saja?" tanya Selina.
"Kau sudah menanyakan itu berulang kali," sahut Haldur, Werebeast Lupus.
Seorang werelion menghela napas. "Padahal Haruka akan menikah hari ini."
Prilly sedikit tersentak. Dengan menikahnya Haruka, peluangnya untuk mendekati Erix sangat besar. Namun, ia sangat menyayangkan pernikahan politik yang dialami rivalnya itu.
"Tidak adakah yang bisa kita lakukan pada Beatrice?" tanya Jareth, raja goblin.
"Dengan menstransfer energi kegelapan ke tubuhnya," sahut Mathilda.
"Bukankah kau penyihir yang mendalami energi kegelapan? Apa tidak ada yang bisa kau lakukan?" tanya Zenda agak mendesak. Jelas dia prihatin dengan Beatrice. Meski gadis gotik itu terkesan angkuh dan kasar, dia tetaplah gurunya.
"Aku tidak mendalami energi kegelapan, aku mendalami pengetahuan anatomi. Dan juga, semua kemampuanku itu sihir kegelapan, yang Beatrice butuhkan energi kegelapan, jelas itu berbeda," sahut Mathilda agak jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...