"Hacccooou!" Erix bersin dengan sangat keras.
Di rumah kayu itu, Erix dan Phoenix berlindung diri dari dinginnya hutan bersalju. Tidak ada apa pun di dalam rumah itu, kecuali tumpukan jerami yang dijadikan kasur di sebelah api unggun yang menjadi penghangat ruangan. Erix membaringkan gadis yang ia bawa di kasur itu.
Sebenarnya, Phoenix bisa saja menghangatkan Erix dengan pancaran uap panas dari tubuhnya. Namun, karena sudah ada api unggun, ia rasa kemampuannya tidak diperlukan.
"Anda tidak apa-apa, Tuan?" tanya Phoenix.
"Sepetinya aku masuk angin," ujar Erix.
"Kita tidak memiliki bahan makanan untuk membuat sup. Sial, seharusnya kita bawa beberapa obat." Phoenix tampak kesal akan keteledorannya. Ia lupa kalau tuannya sekarang hanyalah manusia biasa yang bisa saja terserang penyakit.
Berbeda dengan Phoenix yang mengutuk dirinya sendiri, Erix justru sibuk mengamati tubuh makhluk seperti manusai, tetapi bersisik dan bertanduk. Di bahu kanannya terdapat semacam cula yang pendek.
Mulut makhluk ini terlihat seperti serigala. Namun, terbelah menjadi empat bagian sehingga saat ia menganga, mulutnya terlihat seperti bunga yang merekah.
"Makhluk apa ini?" tanya Erix.
"Seperti yang dikatakan orang-orang tadi kalau makhluk ini adalah chimera Generasi Kelima dengan manusia sebagai tubuh utamanya," jelas Phoenix.
Suara keresek terdengar membuat Erix dan Phoenix menoleh. Gadis tadi bangun dari tidurnya. Sepertinya ia terbangun karena bersin Erix tadi.
"Kakak ...," ucapnya setelah membuka mata.
Erix mendekat. "Kakakmu tidak apa-apa."
Gadis itu bergegas menghampiri kakaknya dan langsung melihat keadaannya. "Kakak!"
"Tenang saja, dia tidak mati. Dia hanya tidur karena kelelahan," Erix coba meyakinkan.
"Sungguh?"
"Sungguh."
Gadis itu mulai menangis. Air mata yang tak terbendung itu, mengandung syukur luar biasa besar. Jika kakaknya mati, tidak tahu lagi apa yang akan ia lakukan di dunia ini. Seorang diri dan pastinya akan kesepian.
"Sudah ... sudah ...." Erix mengusap kepalanya untuk membuatnya tenang.
"Tuan ...." Wajah Phoenix menegang. "Ada yang datang."
Mendengar perkataan itu, Erix pun bersiap dengan Excalibur mengingat Kuishin–katana-nya–sedang hibernasi sekarang.
"Ada rombongan. Mereka banyak," tambah Phoenix yang sudah siap dengan bara api di tangnnya. "Mereka menuju ke mari."
"Erix!" Seorang laki-laki menyeruak masuk ke dalam rumah kayu di tengah hutan bersalju tersebut. Secara spontan, Erix dan Phoenix melesat dan akan menerjang orang yang tak dikenal itu. Saat merasakan niat membunuh yang kuat, pemuda tadi langsung menghindari semua serangan hingga jatuh terduduk. "Erix, ini aku!"
"Tatsumi!" seru Erix yang mengenali temannya itu. "Untunglah kau selamat. Dari mana kau tahu kalau ... oh." Tidak sengaja Erix melihat Bodebog dengan sekelompok orang bermantel bulu tebal. Kemungkinan mereka datang bersama Tatsumi.
Tatsumi beranjak. Penampilannya persis seperti orang Jepang. Mengenakan pakaian haori dan hakama abu-abu persis seperti samurai zaman Edo.
Seorang dwarf masuk setelah Tatsumi. Pengambaran dwarf dunia fantasi tertera di dirinya. Mengenakan tunik selutut warna krim yang diikat dengan sabuk pinggang besar. Dipastikan dwarf itu adalah Tharfoc, adik Gavin. "Maaf, Tuan. Membuatmu kaget."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasíaSekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...