114 : Erk Uter

155 37 37
                                    

Awan hitam telah hilang hampir sepenuhnya di pulau kekuasaan Roh Es. Secara perlahan, partikel-partikal salju mulai mencair, setiap tetesnya bersatu membentuk sungai kecil.

Ketika sinar matahari memancar, dan menerpa kristal-kristal es yang mencair tersebut, menunjukkan pemandangan unik yang biasa dilihat ketika sungai mencair di musim semi.

Erix dan Raka sekarang berjalan menelusuri pulau dan tiba di sebuah perbukitan kecil. Dari sana, mereka melihat sungai-sungai yang membeku mulai retak menjadi pulau-pulau es, tanda kalau siap untuk mencair.

Kapal-kapal besar pun mulai mencuat ke permukaan laut dan mengapung. Tidak ada kerusakan yang terlihat, menunjukkan kalau dibuat dari kayu-kayu kualitas terbaik.

"Pekerjaan kita belum selesai," ujar Raka sambil menunjuk beberapa patung es, merupakan orang-orang yang dibekukan oleh Roh Es.

"Ya, kau benar." Erix merentangkan sayap hitamnya dan langsung ia kepakkan. Dari atas bukit itu, ia meluncur cepat ke bibir pantai untuk menyelamatkan para patung es.

Raka langsung menaiki srigala besar partnernya dan mereka meloncari bukit tersebut dengan mudah. Langkah besar srigala Raka yang tingginya mencapai dua meter itu, mampu meloncati gundukan salju dan tanah yang licin. Memang tidak secepat Erix, tetapi mereka tiba di lokasi dalam waktu tak sampai lima menit.

Mereka mengangkat setiap patung ke bibir pantai dan menyusunnya. Semua patung yang tersebar, mereka dekatkan supaya tidak ada yang terlewati. Erix sempat berpikir betapa beruntungnya orang-orang itu meski sudah diubah menjadi es, bagian tubuh mereka tidak ada yang patah.

"Hey, bukankah ini ... Mermaid?" Raka menemukan sekelompok patung es berbentuk manusia dengan bagian tubuh bawah adalah ikan dekat teluk yang berjarak cukup jauh dari bibir pantai tempat mereka mengumpulkan patung es manusia. Erix segera menghampiri untuk mengecek apa yang Raka lihat.

Di teluk itu, terdapat banyak sekali mermaid. Beberapa diantara mereka membawa sebuah tombak.

"Banyak sekali," gumam Erix. Ia cukup tertarik dengan alasan kenapa semua mermaid di sini. Setidaknya ada sekitar 20-an mermaid yang terlihat di permukaan air yang beku. Ia rasa jumlahnya lebih dari itu jika dihitung yang masih di dalam air.

Ingatan dia dulu saat menaklukkan Dungeon Danau Abyss pun terlintas. Mera dan Sarna, mermaid bersaudari yang Haruka kalahkan merupakan monster dungeon. Namun, di zaman ini belum ada dungeon karena dungeon sendiri merupakan buatan bangsa iblis.

"Kenapa mereka ada di sini," gumam Raka.

Tidak sengaja terlintas sebuah pemikiran lain di kepala Erix. "Apa tempat tinggal mereka tak jauh dari sini. Mereka mencoba menyerang Roh Es untuk menyelamatkan bangsanya. Kalau begitu ...." Di otak Erix sekarang tersusun dengan instan sebuah rencana yang mungkin sangat bagus jika digunakan di masa depan nanti. Namun, ia tidak ingin melibatkan Raka. Untuk sekarang, dia harus menyingkirkan temannya itu dulu. "Kita tinggalkan saja, sekarang kita utamakan para manusia."

"Ya, kau benar," sahut Raka.

Keduanya sekarang berjalan ke bibir pantai tempat semua patung es dikumpulkan.

"Apa ini sudah semuanya?" tanya Erix sambil melangkah.

"Menurut Rychy sudah semuanya. Dia tidak merasakan patung es lain yang tersisa," jawab Raka. Ia melangkahi akar dan mereka tiba di bibir pantai. "Lalu, apa yang harus kita lakukan?"

"Tentu saja memaksa dia untuk bertanggung jawab." Erix mengeluarkan Pearl Lunce – item penangkap monster yang berbetuk kerucut dengan bola kristal biru di dasarnya. Kemudian ia arahkan benda tersebut ke depan, "Summon : Roh Es!"

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang