Setelah kematian Baldarga Legios, Otto Munthe, dan Samael selaku pelindung terakhir Benito Mussolini oleh Xander dan Amel, juga para pasukan chimera generasi ke tiga yang ditaklukkan semuanya oleh tim Hercules dan Nasi Goreng Party hingga tak bersisa, Raja Keiros dan pasukannya sekarang melesat masuk ke dalam istana. Mereka menerobos pasukan istana yang justru membiarkan mereka masuk begitu saja.
Tujuan utama mereka adalah ruang tahta. Karena kemungkinan di sanalah Benito Mussolini berada. Mereka menelusuri lorong dan tiba di ruang aula. Mereka naiki tangga lebar menuju lantai dua dan tiba di depan pintu ruang tahta. Keiros langsung menyeruak masuk.
Sebuah tembaka seketika tercipta. Di waktu bersamaan, Keiros meloncat ke samping menghindari peluru. Bocah umur 17 tahun itu bukanlah pangeran manja yang terlena hidup dalam kemewahan. Dia adalah calon raja, sebuah tanggung jawab besar sudah dibebankan pada pundaknya yang kecil. Jadi, ia terus latihan bertarung sampai benar-benar diakui oleh gurunya yang sekarang sudah mati saat melindungi ayahnya.
Peluru hasil tembakan Benito mendarat di lantai marmer ruangan.
"Tidak mungkin ...." Raja yang gila dan serakah itu tampak tak percaya. Ia bertanya-tanya bagaimana Keiros bisa menghindari peluru yang meluncur sangat cepat tersebut.
Para pasukan dengan cepat bergerak dan melindungi Keiros dengan perisai mereka, dan sebagian lagi bergegas maju untuk menangkap diktator tersebut.
Mussolini hanyalah manusia biasa. Ia terus menembak semua prajurit yang menghampirinya. Namun, semua peluru itu memantul karena tidak mampu menembus perisai para prajurit. Pria gemuk itu tampak ketakutan dan menangis. Setelah peluru di pistol habis, segera ia berlari untuk menyelamatkan diri. Namun, kerna ia tidak memiliki kemampuan apa pun kecuali pistol di tangannya. Para pasukan dengan mudah meringkusnya.
Ia diseret dengan kasar oleh beberapa prajurit dan dibawa ke penjara bawah tanah. Suara jeritan dan permohonan ampun terdengar menggema di sepanjang lorong. Namun, tidak ada yang mempedulikannya.
"Berhasil ... Ayah, Ibu, aku berhasil." Keiros terduduk di hadapan singgasana raja yang kosong. Ia menangis karena berhasil menggulingkan penguasa terburuk dalam sejarah Kerajaan Illinixhina.
*****
"Apa! Pasukan Erix Arthur menyerbu bagain utara!" seru seorang kesatria yang berbalut zirah emas. Rambut putih keperakannya bergoyang mengikuti tubuh yang bergerak tiba-tiba.
"Benar, Yang Mulia," ujar seorang laki-laki bersayapkan angsa hitam. Wajahnya yang agak oval, dihiasi dengan rambut hitam pendek dan sebuah tanduk yang mencuat dari dahi. Ia mengenakan zirah hitam di tubuhnya dan bersenjatakan tombak juga warna hitam.
"Kenapa ...? Kenapa dia tidak datang ke sini? Seharusnya istana Camelot yang menjadi targetnya, tapi kenapa dia justru ke utara. Sial!" Kesatria emas itu tampak geram karena tantangnnya pada Erix Athur tidak ditanggapi. Sebagai kesatria, ia merasa direndahkan. Perkataan Mak Lampir tiba-tiba terngiang ditelinganya, nenek itu mengatakan kalau musuh tidak akan mau datang ke tempat yang dipenuhi jebakan. Mengingat hal itu, membuatnya semakin kesal dan memukul lengan singgasana yang ia duduki. "Brengsek!"
"Apa yang harus kami lakukan, Yang Mulia Lucifer?" tanya kesatria hitam tadi. Wajahnya tetap membungkuk menatap lantai yang ia pijaki.
Lucifer beranjak. "Kumpulkan semua komdan pasukan malaikat jatuh. Jika mereka menyerang sisi utara, berarti Benteng Nara sekarang kosong. Kita hancurkan tempat itu, baru setelah itu kita hancurkan semua pasukan Arthur yang ada di sisi utara."
"Maaf, Yang Mulia. Apa kita tidak membicarakannya dulu dengan Pangeran Neraka yang lain?" Kesatria kegelapan mencoba memberi saran.
Sebuah energi cahaya menghempas kesatria tersebut membuatnya terlempar ke belakang. "Jangan bercanda, Ramel. Aku tidak akan meminta saran dari mereka. Aku yang terkuat dan aku yang perkasa, tidak sudi aku bergumul bersama iblis-iblis itu. Ingat itu baik-baik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasíaSekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...