143 : Kematian Baal

137 31 51
                                    

Energi hitam pekat yang sangat kuat menekan energi apa pun di sekitarnya, memberikan diskriminasi ketakutan pada jiwa yang ditargetkan. Dengan sorot mata yang seakan ingin menguliti lawan hidup-hidup itu, Baal gemetar hebat bahkan sampai membuat tulangnya lemas.

Erix berjalan mendekati Baal. Setiap langkahnya, mengandung teror menakutkan yang dirasakan Baal. Ditambah lagi, energi hitam yang terus meluap seakan Erix merupakan kayu bakarnya itu, memberikan tekanan tersendiri meski Baal juga memeiliki energi dengan tipe yang sama.

"Sepertinya kau sangat menikmati waktumu, ya." Erix tersenyum. Kedua taringnya nampak jelas terlihat. Namun, senyum itu pula membuat Baal makin ketakutan. Di matanya, Erix seperti dewa kematian.

"Jangan merendahkanku, Bajingan!" Baal mencoba melawan tekanan yang Erix berikan. Dia merenggangkan tubuh sehingga energi meledak pada dirinya. Setelah itu, dia melesat dan akan menebas Erix dengan pedangnya. Sayang, serangan itu dengan mudah tertahan. Erix menangkap bilahnya dengan dua jari sepeti dia memegang sehelai daun.

Dengan cepat Erix menarik pedang tersebut membuat tubuh Baal terperosok ke depan. Di saat yang sama, Erix juga mendekatkan dirinya pada kesatria kegelapan tersebut. "Sekarang biarkan aku yang besenang-senang, ... Bajinga ...." Erix langsung memukul tubuh Baal.

Seperti deterjang jutaan banteng, rasa sakit langsung menjalar di titik pukulan diikuti rasa sesak. Tubuhnya terhempas kuat, sampai terseret di tanah cukup jauh.

Tidak hanya itu, sebelum dia beranjak, Erix langsung menginjak setelah loncatan tinggi sampai membuat ledakan kecil di sana. Kawah langsung tercipta dengan Baal terkapar di kakinya.

Akhir kesenangan Erix tak berhenti di sana. Dia mengeluarkan beberapa sulur kegelapan, dia ubah menjadi tangan besar dan langsung dia gunakan untuk memukul tubuh Baal.

Suara dentuman pada setiap pukulan terdengar mengerikan. Serangan itu seperti bukan ditujukan untuk menyerang lawan, tetapi lebih seperti sedang menempa logam.

Benar saja, zirah Baal tampak penyok sana sini sampai titik tak layak pakai. Siaolnya, tubuh Baal ada di dalam zirah penyok tersebut, terjepit dan menyakitkan.

"Ada apa? Jangan bilang kemampuanmu hanya segini setelah omong besar dari tadi." Begitu hinanya Erix menatap laki-laki itu. Padahal dulu Belphegor memperingatinya kalau Pangeran Iblis terakhir memiliki kekuatan setidaknya setengah dari Raja Iblis Satan. Namun, nyatanya tidak semenakutkan itu. Setidaknya itulah yang Erix rasakan.

Baal benar-benar tidak berkutik. Bahkan untuk mengerang kesakitan pun tidak diberi kesempatan. Erix benar-benar merendahkannya sampai titik terendah. Dia layaknya serangga yang tidak bisa melawan saat diinjak.

Puas dengan ratusan pukulan yang dia layangkan – dan tampak tidak menarik lagi karena Baal tidak membalas sama sekali – Erix mengangkat tubuh kesatria itu dengan satu lengan kegelapannya.

"Hey, apa kau masih hidup?" tanya Erix. Ia tepuk-tepuk wajah Baal. Ada jawaban, tetapi lemah dan bagi Erix itu tidak ada sama sekali.

Di renggangkannya tangan Baal dan dia pelintir sampai putus. Detik itu juga, jeritan menggema dari tenggorokan pangeran iblis itu.

"Oh, ternyata masih hidup, tapi bukankah ini aneh. Saat kau menangkapku,tubuhmu terbelah dan kau tidak merasakan sakit apa pun. Kenapa sekarang berbeda? Bisakah kau jelaskan padaku."

Baal tidak bisa menjawab. Dia hanya melenguh menahan rasa sakit yang luar biasa.

Tidak mendapatkan apa yang diinginkan, Erix memelintir salah satu kaki secara perlahan sampai putus. Raungan kesakitan kembali terdengar memekakkan telinga. "Aku sedang bertanya. Mana jawabanmu?"

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang