53 : Suku Thuck

375 60 51
                                    

Sepuluh orang yang terbalut energi ungu, melesat dengan kecepatan luar biasa menembus gumpalan awan, membelah langit Kerajaan Illinixhina.

"Aku sudah tidak kuat, kita akan jatuh," rintih Ante. Mempertahankan mantra Psikokinesis benar-benar menguras tenaga. Begitu pula dengan penyihir satunya – Megara – yang kapan pun bisa saja pingsan.

"Tidak, jangan sekarang. Terus pertahankan mantranya. Tujuan kita adalah Pegunungan Aldeira," tunjuk Hercules ke arah jauh di timur.

"Tapi aku sudah tidak bertenanga," ujar Ante. Tubuhnya terasa lemas sekarang. Ia hampir kehabisan mana.

"Dekatkan aku pada kalian," ujar Hercules.

Dengan susah payah, Ante mengandalikan mantranya untuk Hercules bisa sampai padanya. Manusia setengah dewa itu mencengkram pundak kedua gadis penyhir dan mengalirkan energinya.

Partikel-pertikel emas yang keluar dari tubuh Hercules, seketika masuk ke tubuh dua penyihir tersebut. Detik itu juga, keduanya sehat dan kembali bertenanga.

"Energi apa ini? Begitu kuat dan padat," ujar Ante yang melihat tubuhnya dipenuhi pernak-pernik energi emas.

"Inikah kekuatan Dewa," gumam Megara yang juga sama terkesimanya dengan Ante.

"Jangan banyak bicara. Konsentrasikan mana kalian pada mantranya. Kita harus sampai di pegunungan itu," sahut Hercules.

"Baiklah, kita meluncur!" seru Ante bersemangat.

*****

Erix, Phoenix, Tatsumi, Tharfoc dan Charise, bersama Bodebog dan orang-orang yang mengenakan mantel berbulu tebal, terlihat sedang berjalan menelusuri hutan pinus bersalju. Suhu dingin bukan lagi masalah mereka karena Phoenix memancarkan suhu panas dari tubuhnya, tetapi tidak terlalu panasa sampai melelehkan semua salju yang ia lewati.

Tidak butuh waktu lama, tembok yang terbuat dari susunan bonggolan kayu mulai terlihat. Saat Bodebog melambaikan tangannya, gerbang kayu besar pun dibuka. Mereka semua masuk melalui gerbang tersebut.

Suku Thuk, begitulah sebutan mereka. Merupakan kumpulan manusia yang berjumlah tidak lebih dari dua ratus ribu kepala, membangun permukimannya selama beberapa generasi di atas pegunungan ini.

Ada yang unik menurut Erix dari suku Thuk. Secara terang-terangan, mereka menyebut diri mereka sebagai Barbarian. Namun, bagi Erix justru terlihat seperti orang-orang mongol yang mengenakan mantel tebal berbulu.

"Bodebog, apa yang kamu pikirkan?" Seorang pria setengah baya datang mendekati pemimpin kelompok tersebut. "Kenapa kau membawa monster ke kota."

"Ada beberapa hal yang harus kupertimbangkan. Untuk sekarang, aku ingin menemui Ratu," jawab pria bertubuh tegap tersebut.

Bodebog dan kelompoknya masih terus berjalan menembus Kota Thuk, hingga mereka tiba di bangunan paling besar di tengah kota. Sedangkan para anggota Bodebog yang membawa kakak Charise, segera memisahkan diri untuk menuju ke penjara. Chimera Generasi Kelima itu akan dikurung di sana.

Bangunan itu begitu luar biasa garang, menggambarkan identitas suku itu sendiri. Terdapat tengkorak gajah di sisi depan gedung beserta dengan dua gading yang besar. Tidak hanya itu, beberapa bagian atap bangaunan terikat kuat dengan tanduk-tanduk besar. Erix menganga sekaligus terkesima akan kegagahannya.

Dua penjaga di depan pintu gedung menundukkan kepalanya memberi hormat pada Bodebog dan langsung membukakan pintu.

Seorang wanita cantik bertubuh agak berotot mengenakan jubah kulit sederhana, duduk di singgasananya dengan tenang. Rambutnya yang kecoklatan tampak bergelombang dengan indah. Sepertinya ia selalu merawat rambutnya itu. Dahinya yang tertutup poni rambut, sedikit mengkerut melihat Bodebog membawa beberapa orang asing ke ruangannya.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang