Di depan halaman belakang sebuah istana super mewah, tiba-tiba muncul beberapa celah kegelapan di udara. Tiga diantanya bahkan merupakan celah kegelapan raksasa. Keluar menyeruak beberapa orang dari masing-masing celah sempit tersebut. Semua makhluk yang muncul, sebagian besarnya tampak sedang terluka.
Seorang nenek terlihat sangat marah ketika ia berjalan di atas tanah berumput itu. "Sial! Sial! Sial! Sial! Sial! Sial! Sial! Sial! Sial! Sial! Sial! SIAL! Grandong ... anakku Grandong. SIAAAAAAAAAALLLL!! Bedebah! Sungguh bedebah!"
"Sudahlah Lampir, beginilah perang. Saat kau merengut satu nyawa, kau pun akan kehilangan satu nyawa," ujar Goliat, pria raksasa berzirah.
"Merepotkan," gumam Glivur si goblin merah, lalu ia pergi dari kelompok itu.
Lord Shadow Demon yang berwujud bayangan gelap, melesat masuk ke dalam istana.
Stheno – makhluk wanita ular – dan Verrier – wanita cantin penggila ramuan – pun memisahkan diri dari kelompok kecil yang berhasil selamat dari perang besar tersebut.
Buto Cakil bukanlah buto yang suka keramaian, jadi ia menyingkir tanpa bicara.
"Aku pergi dulu. Aku ingin segera melapor hasil peperangan ini kepada Pangeran Mammon," ujar Valak, dan ia menghilang dalam kegelapan.
Lima kesatria mayat hidup hanya berdiri di dekat Mak Lampir tanpa bergerak. Arthur Pendragon, Abiseka, Ghani Rajpura, Victor Camerun dan Thanom Jangkamol berdiri tegak dan kaku seperti robot yang menunggu perintah.
Mak Lampir mulai melangkah meninggalkan Goliath, Monster Marlboro dan Collosus. Tiga raksasa itu terlihat santai melepas lelah sehabis bertarung. Nenek tua itu berjalan cepat menghampiri sebuah kolam. Ia segera mencelupkan ujung tongkatnya pada air di kolam tersebut dan mengaduknya. Mak Lampir megucapkan seutas mantra dan gelembung udara tiba-tiba muncul dari dasar kolam. Tak lamanya, wajah seorang wanita cantik terlihat di permukaan air kolam tersebut. Namun, kecantikannya tertutup oleh jubah coklat lusuh yang ia kenakan.
"Aegina," panggil Mak Lampir.
"Mak Lampir? Bagaimana dengan peperangannya?" tanya oracle Pangeran Belphegor tersebut.
"Gagal, semuanya hancur berantakan. Tapi, mantra pemindahan berhasil. Seharusnya dia ada di sana sekarang," jawab Mak Lampir.
"Baiklah. Aku akan melaporkannya pada Pangeran Belphegor." Wajah cantik tadi menghilang dari pantulan air kolam.
Mak Lampir duduk di batu pada sisi kolam. Saat ini, ia memikirkan cara terbaik untuk balas dendam.
*****
Seorang laki-laki muda tempak gusar di dekat kasur empuk dan mewah dalam kamarnya. Ia melipat tangan di dada sambil mondar mandir memikirkan sesuatu. Firasat buruk terus membayangi hidupnya beberapa hari terakhir membuatnya tidak tenang dalam segala hal.
Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu kamarnya. "Ini hamba, Yang Mulia Pangeran Belphegor." Suara seorang wanita dengan nada halus dan sopan terdengar di luar ruangan.
Pemuda itu tahu betul siapa pemilik suara itu. "Masuk!"
Wanita cantik berjubah coklat lusuh masuk ke kamar. "Mak Lampir menyampaikan pesan. Mereka kalah perang."
"Sial ...," desah Belphegor. Firasat buruk dan kecemasannya selama ini sudah terbukti. Jadi, meski ini kabar buruk, setidaknya hatinya telah terbebas dari perasana tertekan. Namun, itu tidak menutup kenyataan jika seluruh pasukannya tewas.
"Tapi, mantra perpindahannya berhasil dilakukan. Seharusnya ia ada di sini sekarang," lanjut wanita berkerudung itu.
Belphegor seketika berangkat. "Cepat cari dia, Aegina! Jangan sampai didului orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...