78 : Pasukan Malaikat Jatuh

249 51 59
                                    

Prof. Alvor bergegas keluar dari rumah bengkel tempat pengolahan logam-logam dan bahan kimia. Ia mendengar suara gaduh dan pergi untuk mengecek. Segera ia menaiki tangga dari ruang bawah tanah secepat yang ia bisa dan langsung membuka pintu. Sinar terang cahaya matahari langsung menyilaukan matanya sesaat.

Pemandangan panik banyak ras sedang berbondong-bondang memasuki benteng raksasa Nara yang sekarang masih direnofasi, menjadi objek sorotan profesor itu sekarang.

"Hey, apa yang terjadi?" tanya Alvor pada seorang wanita ras Drake – ras campuran manusia dan iblis – yang mencoba berlari bersama anaknya.

"Pasukan Raja Iblis menyerang," jawab wanita itu dan langsung masuk ke barisan menuju benteng.

"Serangan ...," gumam Alvor. Sepertinya dia mulai cemas mengingat tidak adanya pasukan di sini. Mereka semua menyerang wilayah utara dengan kekuatan penuh, hanya menyisakan 10% kekuatan saja untuk menjaga pertahanan yang pastinya tidak akan mampu.

Tiba-tiba dari tanah lapang di sisi kanan rumah tersebut, tanah tampak bergeser dan tercipta semacam celah, meluncur dengan cepat zirah futuristik Lucius menuju ke arah timur. Arah pasukan musuh menyerang.

Melihat hal itu, Alvor kembali masuk ke dalam rumah dan lengsung mengambil semacam alat komunikasi genggam berbentuk kotak warna hitam. Dengan sebuah tombol merah di sisi kanan benda tersebut, gelombang radio seketika terhubung.

"Lucius, apa yang terjadi?" ucapnya pada alat tersebut.

"Profesor! Kebetulan sekali, aku butuh bantuanmu." Suara Lucius terdengar dari speker alat tersebut. "Sekarang kita sedang diserang makhluk malaikat raksasa, aku butuh racun yang kuat. Apa kau bisa menyediakannya?"

"Racun? Kenapa racun?" tanya Alvor penasaran.

"Aku sudah bertanya pada Tuan Phoenix mengenai makhluk ini. Dia berkata kalau rancun berdampak cukup baik padanya."

"Baiklah, beri aku waktu."

"Aku mengandalkamu, Prof."

Laki-laki berjubah lab itu langsung memutar otaknya. "Racun-racun-racun-racun-racin ... dimana aku bisa mendapatkan racun. Dia tadi bilang 'malaikat raksasa' berarti aku butuh racun yang sangat kuat dan kental, tapi di mana ...." Sebuah ingatan lama terlintas di pikirannya. Dari ingatan tersebut, tersusun dengan instan sebuah cara jitu untuk mendapatkan racun dengan mudah.

Segera ia beranjak menuju ruang bawah tanah. Tujuannya adalah kamarnya sendiri yang terletak tak jauh dari tangga tersebut.

Sesampai di kamar, ia membongkar dinding untuk membuka ruang rahasianya. Dengan satu tombol, pintu pun bergeser. Di ruang sempit tersebut, terdapat sebuah tabung besar yang berisi cairan biru. Diambilnya tabung tersebut dan kembali naik ke tangga.

Alvor bergegas melangkah menuju tempat evakuasi di dalam benteng. Di sana, semua ras yang merupakan rakyat Camelot tampak berkumpul. Kecemasan terlihat jelas pada raut wajah mereka dan berharap sang monster segera dikalahkan.

"Kalian, apa kalian menyimpan tanaman herbal?" tanya Alvor menggebu.

"Aku punya beberapa," jawab seorang wanita dari kaum Trainer. Terlihat jelas ada anak srigala abu-abu bersamanya.

"Kumpulkan semua yang kalian miliki. Apa pun yang berhubungan dengan obat atau tanaman herbal, kumpulkan segera!"

Semua orang seketika menyebar mengambil tanaman herbal yang mereka miliki. Beberapa diantanya bahkan pergi ke greenhouse yang ditanami tanaman herbal dan mengabil beberapa yang sudah siap, lalu dikumpulkan di tempat pengungsian.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang