101 : Garuda - part3

229 43 42
                                    

Semacam cahaya putih bangkit dari lantai yang juga warna putih, lalu memudar dan berubah menjadi enam sosok muda mudi. Keenamnya tampak bingung akan perubahan tempat keberadaan mereka tersebut. Mereka kaget sekaligus kagum.

"Rodin, apa kau ingin menjadi Ketua Guild Petualang?" tanya Erix tiba-tiba.

"Ha?" Shensin keling itu jelas kebingungan. Tak mengerti apa yang dimaksudkan. Dan juga, apa itu guild petualang?

"Begini, aku jelaskan dulu. Seperti yang kau tahu, beliau ini adalah bos dungeon," tunjuk Erix pada Ganeshwara, pemimpin para garuda. "Dia akan mengatur semua monster di dungeon ini. Mulai dari jenis, jumlah dan kekuatannya. Kecuali bangsa Garuda karena mereka sekarang dalam perlindunganku."

"Tunggu dulu," sahut Takiya. Samurai itu terlihat sengat serius memikirkan sesuatu. "Tuan Ganeshwara dapat mengendalikan monster?"

"Benar," sahut Erix. "Namun, ada syaratnya. Ialah monster yang sekarang berkeliaran di dungeon ini harus dimusnahkan."

"Ini seperti daur ulang," timpal Maia. Wanita berambut hitam yang ujungnya memutih itu mengerti alur diskusi ini.

"Justru jauh lebih jauh. Ini seperti tambang dungeon stone," timpal Ante yang ternyata cukup pintar.

"Jenius," sahut Erix. "Nah, pekerjaan Guild Petualang adalah merekrut para shensin untuk menjelajah dungeon ini dan membeli dungeon stone mereka beserta drop item. Kerajaan akan membeli dungeon stone tersebut dari guild. Seperti yang dikatakan Ante tadi, ini seperti tambang dungeon stone."

"Kalau begitu, ini sama saja kita berhenti menjadi shensin?" sahut Hendro.

"Ini pekerjaan yang pas untuk pensiun," ujar Peter.

"Lalu, bagaimana keamanannya?" tanya Maia. "Apa bisa mengendalikan monster untuk tidak membunuh para shensin?"

"Itu risiko, dong. Kalau ingin membunuh berarti siap dibunuh. Itu sudah hukum alam, jangan manja," timpal Ante.

"Aku bisa mengatur para monster untuk tidak membunuh, tapi aku tidak jamin akan cidera yang diterima," sahut Ganeshwara.

"Itu cukup," sahut Maia.

"Baiklah. Berarti sudah mengerti, 'kan?" tanya Erix memastikan.

"Aku paham," sahut Rodin.

"Dengan begini, di depan gerbang dungeon ini akan menjadi sebuah desa penjelajahan ...."

"Tidak," ujar Ante memotong perkataan Peter. "Bisa saja menjadi sebuah kota."

"Kalau sudah sebesar itu, salah satu diantara kalian akan menjadi walikotanya," ujar Erix.

Semua mata para shensin menoleh ke arah Erix secara bersamaan.

"Apa? Kalian semua akan menjadi kepala di setiap divisi kota. Walikota, Ketua Guild, Kepala Keamanan, Kepala Pedagang, Kepala Keamanan Dungeon dan Kepala Pelayanan Publik. Semua jabatan itu milik kalian, tapi kalian yang menetukan siapa yang menjabat," jelas Erix.

"Aku walikota!" seru Takiya dengan sangat cepat.

"Tidak! Aku walikota!" sergah Hendro.

"Kau! Aku walikota!" sahut Takiya lagi tidak terima.

"Aku!"

"Aku!"

"Diam!" seru Maia tiba-tiba. "Aku walikota, apa ada yang keberatan?"

"Anu ... Maia ... Walikota 'kan biasanya disandang oleh laki-laki." Takiya jelas ingin protes. Namun, dia tidak berani dengan Maia. Tidak ada yang berani dengan Maia di party tersebut.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang