Gelap, sangat gelap, bahkan siapa pun tidak akan bisa melihat satu titik cahaya pun di sana. Dalam kegelapan itu, Satan berteriak dan memanggil, tetapi suara yang keluar tidak terdengar bahkan oleh telinganya sendiri.
Panik sempat hinggap di hati. Namun, dia coba untuk lebih tenang. Lagi pula, kegelapan adalah bagian dari dirinya.
"Hallo, Satan?" suara Erix terdengar. Bergema di tempat gelap itu. Dari nada suaranya, sepertinya Erix terlihat senang. Kegembiraan itu tertera jelas dengan tawa kegirangan yang terdengar setelahnya.
Satan mencoba untuk menyahut, tetapi suaranya tak kunjung keluar.
"Hey hey hey, jangan panik. Bukankah ini yang kau inginkan?" Suara Erix kembali terdengar menggema. Kali ini cukup keras sampai memekakkan telinga.
Sepintas, Satan merasakan hawa kehadiran Erix dan dia langsung melempar tombak kegelapan ke arah itu. Namun, karena gelap, dia tidak tahu serangan itu kena atau tidak.
"Arg!" jerit Erix tiba-tiba. Namun, setelah itu dia malah tertawa. "Bercanda, Hahahaa ...."
Suara tawa Erix hilang. Sekarang suasananya sepi mencekam. Kepanikan Satan kini berubah menjadi cemas. Situasi ini benar-benar terburuk yang pernah dia alami.
Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu membelai punggungnya. Dengan cepat dia berputar dan melayangkan cakar. Sayang, dia tidak mengenai apa pun, bahkan angin pun tak terasa.
Kemudian di paha kanannya ada yang membelai. Dengan cepat dia angkat kakinya dan menendang. Sama seperti sebelumnya, dia tidak merasakan apa pun.
Belaian terasa lagi di leher, kemudian dengan cepat di kaki, kemudian di dada dan terus berpindah-pindah di sekujur tubuh.
Satan menggelepar dan menyerang ke sana-sini, tetapi dia tidak merasakan apa apa dari serangan yang dia kerahkan.
Raungan amarah menggelegar. Menyuruh Erix untuk menunjukkan dirinya. Namun, kegelapan kembali menelan suaranya sehingga tidak terdengar apa pun.
Rasa cemasnya kini berganti dengan takut.
"Ba!" Wajah Erix tiba-tiba muncul di depan Satan dengan pancaran cahaya yang sangat silau. Saat wajah Satan terpapar cahaya ini, wajahanya langsung terbakar.
Namun, kejadian itu berlangsung sangat cepat. Saat Satan berpaling sambil menahan sakit di wajahnya, cahaya suci tadi pun kembali menghilang.
"Sakit? Ututututut, kasihan sekali .... Pf, guahahahaa."
"A-apa yang kau lakukan!" Suara Satan tiba-tiba terdengar dan dia senang akan hal itu. "Ke- a- te- bu- ka-."
Erix tertawa dengan ucapan Satan yang terputus-putus. Dia sengaja mempermainkan suara Satan. Kadang terdengar kadang tidak. Hal itu dia lakukan untuk menunjukkan kalau di sini, bahkan suara ada dalam kendalinya.
Suara saklar tiba-tiba terdengar dan sorot cahaya muncul tak jauh dari Satan berdiri. Di bawah lampu itu, Erix berdiri sambil menatap ke arah Satan dengan tangan yang melambai-lambai dan senyum menyeringai. Mirip seperti prikopat dibawah temaram lampu jalan.
Namun, kehadiran itu hanya sekejap saja. Lampu kembali dipadamkan.
Tiba-tiba seseorang menendang kakinya sampai dia terjatuh dan sosok tersebut langsung hilang dalam kegelapan. Tidak hanya itu, dari sisi lain, sebuah tendangan kembali melayang dan menghantam kepalanya. Setelah itu, orang yang menendang tadi menghilang.
Tendangan kembali muncul dan muncul, dan muncul, terus berulang kali membuat tubuh Satan terlempar ke sana-sini. Dia diperlakukan selayangnya bola, benda mati yang memang dibuat untuk dipermainkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow 2
FantasySekuel Dungeon Hallow ~Tamat~ Kelanjutan kisah pertualangan Erix yang terdampar di dunia lain bersama pelayannya, Lucius Ventus. Namun, perang besar antara Pasukan Gabungan Leavgard dan Asmodeus membuat sang tokoh utama lenyap dalam pelukan Haruka. ...