02 : Cara Untuk Mencari Tahu

616 94 46
                                    

"Le ... Leknaat?" gumam Hiel penuh tanya saat menatap wanita berkerudung merah jambu di depannya.

"Apa kabar, Hiel? Apa kau sudah terbiasa dengan dunia ini?" tanya Leknaat dengan suara yang lembut.

"Leavgard tidak jauh berbeda dengan Reyzen Relm," jelas Hiel.

"Apa kau rindu rumahmu?" tanya Leknaat lagi.

"Tentu saja. Aku sangat merindukan semua yang ada di Kerajaan Naefia. Aku juga sangat merindukan Putri Aryana, tapi tugasku gagal. Erix ... dia ...."

"Hiel," potong Leknaat. "Dengarkan kata hatimu. Kau tahu apa yang sudah terjadi. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah membuktikan apa kata hatimu tersebut."

Leknaat perlahan melayang ke udara dengan tubuh terlihat mulai menghilang. "Kau adalah kesatria terhebat Naefia. Kau tahu apa yang harus kau lakukan."

Leknaat menghilang sepenuhnya di antara hembusan angin di udara.

Hiel terdiam menatap rumput yang ia pijak. "Mendengar kata hatiku?" gumam pemuda itu bertanya.

Kata hati yang dimaksudkan Leknaat mungkin ketidakpercayaan Hiel akan menghilangnya Erix. Seperti ada sesuatu yang ia lewatkan.

Tiba-tiba, sepotong ingatan muncul pada benak pemuda itu. Ia sempat mendengar jika Mak Lampir mengucapkan mengenai mantra perpindahan yang bekerja. Pertanyaannya, perpindahan apa yang dimaksudkan Mak Lampir tersebut.

Nigel beranjak. "Tidak bisa dipikirkan. Aku harus mencari tahunya sendiri."

Pemuda itu berjalan cepat memasuki tanah tandus bekas medan perang.

Di sana ia melihat beberapa goblin sedang memungut banyak sekali dungeon stone. Beberapa diantara mereka juga mendapatkan drop item. Goblin-goblin itu terlihat bersemangat saat memungut batu-batu ungu gelap tersebut.

Tak jauh dari sana, Hiel melihat sebuah kawah raksasa menganga. Ini adalah kawah dari hasil ledakan bom yang diciptakan Lucius. Senjata pemusnah yang mengerikan. Senjata jenis ini belum ada di dunia asalnya.

Tidak hanya itu, beberapa harpy dan penyihir serta kumpulan beberapa dragon tampak sibuk menangkap angin di udara dan membuatnya menjadi bola angin. Makhluk-makhluk itu turun dan menghampiri Gavin sang pemimpin dwarf di dekat bibir kawah. Gavin manancapkan semacam alat pendeteksi pada gumpalan angin tersebut. Setelah itu, ia membiarkan bola angin di kembalikan ke udara.

Gavin tidak sendiri. Di sana ada Lucius, Jareth raja goblin, dan Geppetto. Mereka tampak sibuk meneliti sesuatu.

"Nihil, Tuan," ujar Gavin pada Lucius. "Hanya ada di atmosfer. Itu pun hanya 0,03% dari totol gas di sana."

"Baguslah, jadi kita bisa membuat bom ini secara masal," ujar Lucius. "Bahan-bahannya pun masih sangat banyak."

"Tapi tuan, beberapa dwarf tampak takut dengan senjata yang mereka ciptakan," tambah Gavin. "Mereka memilih untuk berhenti."

"Tidak masalah, ini bukan paksaan. Berikan saja kepada yang mau melakukannya," jawab Lucius. "Untuk yang memilih berhenti, perintahkan mereka untuk membuah pedang dan armor baru."

"Baik!" sahut Gavin mantap.

"Hey Lucius, apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Hiel setiba ia di hadapan keempat teman-temannya.

"Aku hanya mengecek radiasi nuklir yang dihasilkan bom ini," jawab Lucius.

"Radiasi nuklir?" Hiel tampak keheranan.

"Iya. Aku mengunakan sedikit uranium untuk campuran senyawa TNT sehingga menciptakan bom nuklir skala kecil," jelas Lucius.

"Tunggu dulu! Ini masih skala kecil?" sergah Gavin.

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang