49 : Hutan di Kaki Pegunungan Zahwein

424 66 45
                                    

Sesosok makhluk seperti manusia, tetapi memiliki sisik dengan wujud sedikit mengerikan, berlari di antara pohon-pohon cemara besar. Salju yang menumpuk, bukanlah penghambatnya untuk terus melangkah.

Ia itu tidak sendiri berlari di hutan itu. Ada seorang gadis muda yang mengenakan gaun berenda lusuh terus mengejarnya. "Kakak, tunggu!"

Makhluk itu meraung dan mempercepat langkahnya seakan tidak ingin bertemu dengan gadis yang mengejarnya itu.

Tiba-tiba, sebuah panah melesat cepat dan menghantam bahu makhluk tersebut. Suara raungannya terdengar nyaring memecah udara dingin.

Tidak hanya satu panah, beberapa panah melesat dari arah yang sama. Makhluk itu meloncat ke samping seperti harimau untuk menghindari serangan tersebut.

Sayangnya, anak panah yang lain, yang lebih kuat dan lebih besar dari panah-panah sebelumnya, meluncur cepat dan menghantam tubuh makhluk itu. Sekali lagi, raungan terdengar begitu menakutkan.

"Tidak! Jangan bunuh kakakku!" Gadis tadi berhasil mengejar dan langsung berdiri merentangkan tubuh untuk melindungi makhluk itu. "Jangan bunuh kakakku!"

"Oy, jangan berdiri di sana. Itu berbahaya. Monster itu akan membunuhmu!" seru suara laki-laki dari balik pohon.

"Dia bukan monster! Dia kakakku!" seru gadis itu lagi tidak terima.

Tanpa ampun dan tidak perduli apa pun, sebuah panah besar kembali melesat . Panahan itu meluncur dan hampir mengenai gadis itu sebelum akirnya monster dibelkangnya melindunginya. Panah tadi, menghantam punggung monster tersebut.

"Oy, itu tidak mungkin. Monter itu melindunginya," ujar salah satu suara.

"Jangan terkecoh!" Seorang laki-laki mengenakan crossbow dengan anak penah yang besar, keluar dari persembunyiannya. Ia mengenakan pakaian dari kulit beruang dan bersepatu bot untuk menahan dingin suapaya tidak membekukannya.

Melihat ketua mereka keluar, lima laki-laki ikut keluar. Mereka mengenakan pakaian yang sama seperti pemimpin mereka dan bersenjatakan crossbow ukuran kecil.

"Tapi, Tuan Bordebog ...." Salah satu laki-laki di sana tampaknya ragu untuk kembali menyerang.

Namun, sang pemimpin sepertinya tidak perduli. Kembali ia bidik monster di depannya dan langsung ia tembakkan panah pada crossbow-nya.

Makhluk itu memeluk gadis tadi dan meloncat menjauh. Ia langsung berlari meninggalkan orang-orang tadi. Namun, sebuah anak panah meluncur dari sisi yang lain dan menghentikan langkah monster tersebut. Kali ini seorang wanita yang mengenakan baju biru berlapis jaket hitam tebal, sudah mempersiapkan busur panahnya. Rambut coklat bergelombangnya tampak berayun mengikuti gerak tubuh saat membidik buruannya.

"Kau tidak bis lari," ujar wanita itu.

"Aku mohon. Jangan lukai kakakku ...." Gadis dalam pelukan monster itu terisak. Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.

Lima panah melesat cepat dan kembali menghantam tubuh monster itu membuatanya tumbang seketika.

"Tidak ... !!" teriak sang gadis dan ia menangis. Darah kental bercecer deras keluar dari tubuh dan memebasahi salju di sekitarnya. "Kakak ... kakak ... kakak ... aku mohon jangan mati."

"Akhirnya tertangkap juga ...," ujar Bordebog.

"Kenapa ... kenapa kalian tega melakukannya ...." Gadis itu tidak bisa menahan air matanya. Sang kakak yang ia sayangi sekarang terkapar dengan kondisi tidak berdaya.

"Dia bukan lagi kakakmu, Nak. Dia adalah monster," kata Bordebog dengan nada dingin tidak perduli. Di matanya, monster tetaplah monster.

Gadis itu mengambil batu dari tumpukan salju dan langsung melemparnya. "Kau pembunuh!"

Dungeon Hallow 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang